Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pangkas Pungutan Ekspor Atasi Harga TBS Anjlok

  • Oleh Danang Ristiantoro
  • 28 Juni 2022 - 11:15 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak pemerintah untuk meninjau ulang terkait berbagai kebijakan pungutan yang memberatkan eksportir Crude Palm Oil (CPO).

Aggota DPR RI Mukhtarudin menyampaikan, dampak dari kebijakan pungutan ekspor yang tinggi membuat eksportir tidak mendapat margin yang menarik, serta membuat anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit di petani.

"Jadi perlu dikalkulasi ulang kebijakan tersebut, agar ekspor CPO kembali bergairah, sehingga menguntungkan buat rakyat dan negara," kata Mukhtarudin kepada Borneonews, Selasa, 28 Juni 2022.

Pelu diingat, penurunan ekspor CPO di Indonesia sangat tajam. Dalam bulan Mei, ekspor komoditas unggulan (sawit) hanya 284,6 USD, dan stok CPO kita 6 juta an metrik ton, jadi sangat melimpah sekali.

Maka  inilah yang memicu harga TBS turun tajam sudah dibawah 1000 rupiah, bahkan ada yang 500 rupiah, dan cenderung turun terus. Bahkan banyak sudah Perusahaan Kelapa Sawit (PKS) yang tutup tidak lagi menerima TBS dari kebun rakyat, akibatnya petani sawit bangkrut masal dan melarat.

"Informasi yang saya terima dari Gapki saat ini sudah ada sekitar 70-an Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang sudah tidak terima TBS rakyat, jadi ini perlu perhatian pemerintah secepatnya," kata Mukhtarudin yang juga sebagai Anggota Badan Anggaran DPR RI ini.

Lebih lanjut, Politisi Golkar ini menjelaskan tidak menariknya ekspor CPO, karena tingginya pungutan-pungutan.

Legislator asal Kalimantan Tengah ini menjelaskan, bahwa harga CPO global sekitar US$ 1,38 (Rp 20.000)/kg. Namun untuk menjual ke luar negeri kena pungutan ekspor (BPDPKS) sebesar US$ 200/Kg, lalu kena lagi pajak ekspor US$ 288/Kg dan ditambah lagi flush out US$ 200/kg. Total pajak pungutan US$ 688/kg (Rp 11.000/kg). Setara 55% dari harga CPO global.

"Dampak tingginya pungutan ini, ekspor CPO kita tidak feasible dan akibatnya ekspor CPO kita turun tajam," ungkapnya.

Kemudian, pada Mei 2022, komoditas utama ekspor Indonesia Minyak Kelapa Sawit mengalami Penurunan terdalam, sebesar -87,72 persen atau setara dengan US$ 2,03 miliar.

Oleh karena itu, Mukhtarudin meminta pemerintah agar mengajak stakeholder untuk duduk bersama mencari win-win solution.

Ia menambahkan, dan menyarankan agar pungutan-pungutan dan pajak ekspor ini harus dihitung ulang, dengan besaran yang pantas dan tidak berdampak merugikan rakyat.

"Kami harap ekspor kembali bergairah dan bangkit, harga CPO kembali terdongkrak menjadi Rp 16.000/Kg. Dampaknya maka harga TBS bisa menjadi Rp 3.000/kg dan petani sejahtera," pungkasnya. (DANANG/B-5)

Berita Terbaru