Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Lombok Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kemlu Jepang Terima Banyak Ucapan dari G20 Terkait Penembakan Abe

  • Oleh ANTARA
  • 09 Juli 2022 - 12:50 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Deputi Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri Jepang Okano Yukiko mengatakan bahwa pihaknya menerima begitu banyak pesan bela sungkawa dan simpati terkait penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Pesan dan simpati itu datang dari para perwakilan negara G20 dan negara-negara mitra G20 yang hadir dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri yang berlangsung di Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/7).

Abe  kemudian meninggal dunia pada Jumat petang.

“Pada pertemuan-pertemuan bilateral, banyak menteri, termasuk Menlu (RI) Retno Marsudi yang menyampaikan ucapan duka cita dan dukungan, dan kami menerimanya dengan syukur,” ujarnya dalam konferensi pers FMM G20 yang diikuti dari Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa insiden yang terjadi tidak banyak mempengaruhi berjalannya pertemuan tingkat Menlu G20 bagi delegasi Jepang.

Meski demikian, dia mengatakan bahwa pembunuhan Abe begitu mengejutkan bagi masyarakat Jepang.

“Kami tidak mengira hal seperti ini dapat terjadi di Jepang,” katanya, dan menambahkan bahwa insiden tersebut merupakan ancaman bagi demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Mantan PM Abe ditembak saat sedang melakukan kampanye pemilihan Upper House, Nara, Jumat sekitar pukul 11.00 waktu setempat (09.00 WIB). Abe langsung dilarikan ke rumah sakit dan diberitakan dalam kondisi kritis kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Insiden penembakan terhadap Abe merupakan pembunuhan pertama terhadap seorang pejabat atau mantan perdana menteri Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang pada 1930-an.

Berbicara sebelum pengumuman meninggalnya Shinzo Abe, Perdana Menteri Fumio Kishida sangat mengutuk penembakan itu.

Sementara rakyat Jepang dan para pemimpin dunia terkejut atas insiden penembakan yang menewaskan Shinzo Abe di negara yang jarang terjadi kekerasan politik serta ketatnya kontrol senjata.

ANTARA

Berita Terbaru