Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Sumba Timur Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Presiden Jokowi: Idul Adha Menebarkan Kebaikan Sebanyak-banyaknya

  • Oleh ANTARA
  • 10 Juli 2022 - 15:40 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah menjadi momen bagi umat muslim untuk menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya kepada sesama umat manusia.

"Alhamdulilah pada pagi hari ini, kita baru saja menunaikan ibadah salat Ied di Hari Raya 1443 Hijriah di tahun 2022. Hari Raya Idul Adha kita maknai sebagai sebuah ketauhidan, sebuah aktivitas yang menebarkan kebaikan yang sebanyak-banyaknya untuk sesama," kata Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal Jakarta, Minggu.

Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana menjalankan ibadah Salat Idul Adha 1443 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu.

Salat Idul Adha dimulai pukul 07.00 WIB dengan dipimpin oleh Salim Ghazali sebagai imam dan Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat Mohammad Nuh sebagai khatib yang membawakan khotbah dengan tema "Semangat Gotong Royong Perkuat Sendi Kebinekaan".

"Menebarkan rasa bahagia yang sebanyak-banyaknya pada kanan kiri kita. Bukan hanya berkurban dalam menyembelih hewan kurban tetapi memaknai yang tadi saya sampaikan, adalah hal lebih penting untuk bisa kita lakukan," lanjut Jokowi.

Presiden juga mendoakan jemaah haji Indonesia yang menjalankan ibadah di Tanah Suci, termasuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Ibu Wury Estu Handayani. Ma'ruf dan Wury menunaikan ibadah haji tahun ini karena mendapatkan undangan khusus dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

"Tadi kami berdoa bersama agar saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji supaya diberikan keselamatan, supaya diberikan kesehatan, kesabaran dan nanti kembali ke Tanah Air dalam keadaan selamat dan membawa haji yang mabrur," tambah Jokowi.

Sementara itu, Mohammad Nuh dalam khotbah menyebutkan usia harapan hidup orang Indonesia adalah 72,14 tahun; sehingga, bagi mereka yang berusia 60-an tahun masih memiliki harapan hidup 15 persen karena 85 persennya sudah terpakai.

"Mumpung masih ada harapan hidup, saat yang tepat untuk melakukan evaluasi, menimbang-nimbang antara nikmat Allah Swt yang sudah diberikan kepada kita dengan prestasi yang telah kita capai baik sebagai Abdulloh (penghambaan kepada Allah) maupun sebagai khalifatullah (untuk memakmurkan alam semesta). Kesimpulannya, pasti kita mengalami defisit kebaikan," kata Nuh.

Artinya, modal yang telah diberikan Allah Swt kepada manusia tidak bisa dihitung besarnya. Namun, hasilnya sangat bisa dihitung bahkan sering kali modal tersebut dikorupsi dengan menyalahgunakan nikmat tersebut.

"Memang sangat banyak penyebab defisit kebaikan kita antara lain dosa yang sifatnya personal, juga dosa yang sifatnya sosial, yang diakibatkan karena abai atau tidak peduli terhadap masalah sosial," tambahnya.

Dia menambahkan sikap abai terhadap masalah sosial tersebut seperti tidak peduli terhadap nasib anak yatim dan keengganan menyelesaikan persoalan sosial mendasar.

"Dalam keadaan defisit, tidak ada cara yang paling mulia, kecuali pertama, memohon ampun dan welas asih kepada pemberi modal yaitu Allah Swt sebagaimana doa yang dianjurkan setelah salat tahajud; dan kedua memanfaatkan kesempatan yang tersisa untuk terus menyiapkan bekal terbaik, amal saleh, tidak menyekutukan Allah Swt dengan lainnya dan amalan yang memiliki nilai berkelanjutan dan laku di tempat tujuan (barzach)," ujarnya.

Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Minggu, juga diikuti sejumlah pimpinan lembaga negara, menteri Kabinet Indonesia Maju, duta besar negara sahabat, dan pejabat pemerintah.

Berita Terbaru