Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Maros Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Begini Upaya yang Dilakukan Pelaku Perkebunan Kelapa Sawit Mandiri di Kobar

  • Oleh Wahyu Krida
  • 29 Juli 2022 - 16:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Menyikapi tingginya harga pupuk belakangan ini yang berbanding terbalik dengan minimnya harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Mandiri (APKSM) berupaya untuk mencari jalan agar pupuk organik bisa diperbesar persentase penggunaannya dalam operasional kebun.

Ketua APKSM, YB Zainanto Hari Widodo, Jumat, 29 Juli 2022 mengatakan, dalam diskusi yang digelar sehari sebelumnya, pihaknya juga mengajak Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), USAID dan APKSM.

"Ini merupakan bentuk komitmen untuk terlibat dalam usaha perkebunan yang lestari. Tema diskusi tersebut berangkat dari usaha kelestarian lingkungan. Salah satu hasilnya mengerucut pada pengurangan porsi penggunaan pupuk kimia dan dengan bertahap memperbesar penggunaan pupuk organik," jelas YB Zainanto Hari Widodo.

Menurut YB Zainanto Hari Widodo, dengan adanya program bersama ini, USAID dan APKSM akan bekerjasama untuk mendorong petani swadaya menggunakan pupuk kimia dan pupuk organik dengan perbandingan 70:30.

"Kedepan, secara bertahap akan memperbesar prosentase pupuk organik bagi petani swadaya yang telah berkomitmen untuk menciptakan sawit yang lestari," ungkapnya.

Menurutnya, selain menciptakan sawit yang lestari, usaha peternakan yang ada di sekitar Pangkalan Lada yang berjumlah sekitar 500 peternak dapat berdaulat dengan mencukupi kebutuhan pekebun anggota APKSM yang tahun ini tercatat beranggotakan 600 orang, dengan luasan lahan telah mendekati 1.500 hektar. 

"Dengan demikian, akan ada sekitar 1.000 keluarga dari pekebun dan peternak akan terlibat dalam program ini. Sebuah sinergi yang mampu menggerakkan dunia perkebunan dan peternakan sekaligus. Persoalan di tingkat peternak, pupuk organik yang dihasilkan oleh peternak saat ini tidak terserap oleh pekebun pada umumnya," paparnya.

Selain itu, tambah YB Zainanto Hari Widodo, di tingkat pekebun, mereka juga tidak berdaulat dengan mahalnya harga pupuk kimia.

"Dengan program bersama USAID dan APKSM, menjadi jembatan dua dunia. Mereka dapat berelaborasi menciptakan masyarakat, lingkungan sekaligus perekonomian di sekitar menjadi berkelanjutan atau sustainable," tuturnya. (WAHYU KRIDA/B-7)

Berita Terbaru