Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

KemenKes Dukung Swasta Luncurkan Uji LF-LAM bagi Penderita TB-HIV

  • Oleh ANTARA
  • 21 Maret 2023 - 13:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Kementerian Kesehatan menggandeng pihak swasta di bidang kesehatan mendukung peluncuran alat deteksi antigen bernama Uji Lipoarabinomannan Urin Aliran Lateral (LF-LAM) bagi penderita tuberkulosis (TBC) aktif pada pasien yang terjangkit HIV.

"HIV dan TBC merupakan dua penyakit yang kasusnya masih terbilang tinggi, penguatan program masih kami lakukan hingga akhir 2030. Indonesia terhitung masih penyumbang kedua setelah India dalam kasus ini. Jadi, kami melakukan kolaborasi untuk mengatasi pencegahan dan mengurangi potensi penularan," kata dr Endang Lukitosari, MPH dari Kementerian Kesehatan melalui sambutannya dalam gelar wicara Recent Strategies in TB-HIV Management.

Dalam keterangannya pada Senin, dr Endang menjelaskan, 25 persen kematian dari Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) disebabkan oleh TBC karena ODHA 30x lebih berisiko untuk sakit TBC dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.

"Untuk itu, jika ODHA dengan TBC tidak segera diobati dengan cepat, kematian akan lebih cepat. Supaya bisa diobati dengan cepat, maka perlu diagnosa dini," kata dia.

Tuberkulosis merupakan penyebab utama kematian ODHA karena bertanggung jawab atas satu dari tiga kasus kematian terkait AIDS, demikian catatan President Director Abbott Rapid Diagnostics (ARDx) Indonesia Benny George.


Dengan persentase 60 persen, kemungkinan orang dewasa yang terjangkit HIV-positif akan tertular TB dalam dua tahun pertama setelah diagnosis dan sebanyak 50 persen kemungkinan anak yang hidup dengan HIV akan tertular TB dalam dua tahun pertama setelah diagnosis, kata dia menjelaskan.

Selain itu, terdapat kasus pada 2020, beban Tuberkulosis pada ODHA mengalami peningkatan pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade karena COVID-19.

Di Indonesia, Uji LF-LAM bagi ODHA telah diatur dalam PNPK KEMENKES Tahun 2020 sesuai anjuran WHO.

World Health Organization (WHO) menyatakan, tes dengan Uji LF-LAM melalui urin ini telah muncul sebagai tes point-of-care yang potensial untuk TB.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakarta Raya (PAPDI Jaya) yang diwakili oleh dr Asep Saepul Rohmat, SpPD, K-GEH, FINASIM juga menyampaikan bahwa sebagai dokter, perlu memiliki ketepatan dalam mengidentifikasi pasien, lokasi, penentuan prosedur dan tepat dalam menentukan tindakan operasi untuk pasien.

Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dari agen infeksi tunggal, Mycobacterium Tuberculosis (MTB) dengan peringkat di atas HIV/AIDS. Diperkirakan sekitar 2 miliar manusia atau 25 persen dari populasi dunia terinfeksi MTB, dan 5-10 persen orang yang terinfeksi memiliki risiko seumur hidup dari infeksi menjadi penyakit TB.

Sebelumnya, tes Tuberkulosis bagi pasien yang terjangkit HIV bernama Tes GeneXpert, namun, biaya mesin, dan alat pendukung lainnya merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan diagnosis TB dini di banyak rangkaian dengan sumber daya terbatas. Selain membutuhkan biaya yang tinggi, sistem ini juga membutuhkan sumber listrik berkelanjutan yang andal dan tidak selalu tersedia di daerah pedesaan.

Banyak negara berkembang yang menggunakan metode konvensional untuk diagnosa TB yaitu BTA Sputum, namun sistem ini memiliki negatif palsu 50-75 persen.

ANTARA

Berita Terbaru