Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Blora Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Inilah Rintihan Sang Mucikari Simpang Kodok

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 02 Juni 2016 - 09:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Matahari sudah akan tenggelam di ufuk timur, kegelapan akan segera menyelimuti lahan usaha di Desa Purbasari, Kecamatan Pangkalan Lada. Namun raungan mesin dari sang penghancur eksavator masih terus berteriak nyaring. Senyaring umpatan, cacian, jerit tangis rintih sang mucikari.

Perlawanan yang dilakukan seolah tiada arti. Tim terpadu penertiban sudah melakukan sosialisasi sejak lama. Namun mendekati akhir dari tenggat waktu 1 Juni 2016, mereka baru menyatakan berhenti. Alat berat pun menyapu satu per satu bangunan mereka.

Salah satunya adalah bangunan milik Pak Bodong, bangunan permanen atau bisa dibilang paling wah di antara bangunan sekitarnya itu tak kuasa ia pertahankan. Ia sempat mengamuk, memecahkan kaca-kaca rumahnya. Sementara sang istri mencoba bertahan di dalam. Menangis meraung-raung dengan berbagai umpatan kasar.

Sementara Pak Bodong, dipiting lehernya dan diamankan oleh Satpol PP keluar dari rumah.

"Ini usaha saya bertahun-tahun, saya rintis sejak lama dan begitu saja dihancurkan. Bagaimana hasil rapat kemarin bahwa yang di bongkar hanya kamar-kamar tetapi nyatanya seluruhnya dihancurkan, siapa yang bertanggungjawab," kata Bodong, sambil berteriak histeris.

Kalau Pak Bodong baru satu bangunan, berbeda dengan Giyat. Pria bertubuh tinggi gempal ini memiliki lima bangunan yang kini telah rata dengan tanah. Ia hanya tersenyum. Menurutnya buat apa melawan, toh tidak bakalan menang. Biarkan saja bangunan rata dengan tanah.

"Tidak ada gunanya melawan, kalau memang seperti itu aturannya mau gimana lagi," ujar Giyat enteng. (KOKO SULISTYO/m)

Berita Terbaru