Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bila Jalan Kolam Terbukti Sengaja Dirusak, Laporkan Pada Aparat!

  • Oleh Raden Aryo Wicaksono
  • 15 Juni 2016 - 09:55 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun  - Camat Kolam Teguh Winarno mengatakan, pihaknya telah meminta agar pungli jasa titian papan kayu perlintasan yang ditarik warga di jalan Pangkalan Bun-Kolam tidak dilakukan secara arogan. Teguh Winarno mengaku sengaja meminta titian kayu yang dibuat warga itu hanya dipasang di salah satu sisi jalan saja.

"Agar kalau ada yang tidak mau bayar, kemudian lewat bawah (jalan tanah) ya silakan tidak boleh dihalangi. Untuk urusan perbaikan jalan dikonfirmasi ke Dinas PU (Pekerjaan Umum) saja," ujar Teguh Winarno, Selasa (14/6/2016).

Teguh Winarno mengaku tidak menganggap kerusakan sejumlah titik di jalan itu sebuah hal yang disengaja. Namun apabila jalan itu terbukti sengaja dirusak demi dapat menjalankan pungli, dirinya meminta agar hal itu segera dilaporkan kepada aparat berwenang.

"Agar segera ditindaklanjut. Saya beberapa kali lewat jalan itu tapi belum menemukan kasus itu. Saya rasa itu bukan sengaja dirusak."

Terpisah, Kepala Dinas PU Kobar, Agus Yuwono menuturkan, saat ini pelaksanaan peningkatan dan penanganan jalan rusak di jalur lintas Pangkalan Bun-Kolam sedang berjalan. Pekerjaan yang dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai sekitar Rp18 miliar itu dilakukan dalam beberapa bentuk pekerjaan. Baik penimbunan, pengasapalan dan penyiapan konstruksi badan jalan menggunakan geotekstil.

"Terkait perbaikan titik jalan rusak yang ada portal pungutan itu. Mereka sudah berjanji apabila nanti dilakukan pekerjaan, mereka bersedia pergi," ujar Agus Yuwono, Selasa (14/6/2016).

Sebelumnya, Agus salah seorang warga Kolam menuturkan, sebagian besar pungli berkedok penyedia jasa titian kayu perlintasan yang dilakukan warga di jalan Pangkalan Bun-Kolam itu dilakukan dengan pemaksaan. Sebab, pengendara yang tak bersedia membayar pungutan secara penuh kerap diperlakukan kasar secara verbal.

"Yang di kilometer (Km) 33 dari arah Pangkalan Bun itu, kalau tidak kasih uang kita dibentak dan dimarahi, Mobil ditarik Rp10 ribu sedangkan sepeda motor Rp5 ribu. Itu yang jaga perempuan ibu-ibu sama laki-laki tua," terang Agus, Senin (13/6/2016)

Selain itu, titik jalan yang dipasangi titian perlintasan kendaraan itu juga diduga sengaja dirusak. Pengendara kerap mendapati warga yang berjaga di portal pungutan mencangkuli dan mengguyurkan air di jalan rusak yang tak dipasang papan.

"Kadang sisi jalan yang tidak rusak itu dicangkuli. Kemudian diguyur air sampai menggenang. Jadi seolah itu lubang dalam. Mau tak mau kita harus lewat titian kayu papan itu," tutup Agus. (RADEN ARYO/m)

Berita Terbaru