Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Minahasa Selatan Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Beberapa Penyebab Sulit Turunnya Harga Daging di Pangkalan Bun

  • Oleh Wahyu Krida
  • 20 Juni 2016 - 15:59 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya menurunkan harga daging sesuai keinginan presiden RI Joko Widodo. Presiden menginginkan agar harga daging dipasaran maksimal Rp80 ribu per-kilogram bisa dilaksanakan. Tetapi bila hal ini diterapkan akan menimbulkan dampak lanjutan bagi para peternak sapi di Indonesia.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Rosihan Pribadi menjelaskan kenapa harga daging di Pangkalan Bun saat ini berkisar antara Rp130 ribu hingga Rp135 ribu.

"Tingginya harga daging saat ini akibat banyaknya permintaan konsumen dipasaran. memang untuk menghadapi bulan puasa, peternak sapi di Kobar juga telah menyediakan sebagian ternaknya untuk disembelih. namun secara kuantitas jumlah sapi yang siap dipotong masih kurang, maka sebagian besar ternak sapi siap potong didatangkan dari Pulau Jawa oleh para peternak sapi di Kobar," jelasnya 

Menurutnya, lantaran pedagang membeli ternak dengan harga yang cukup tinggi di Pulau Jawa dan Madura, akibatnya harga jual di Pangkalan Bun dan sekitarnya sangat sulit untuk turun sesuai harga yang diinginkan pemerintah pusat.

"Harga daging Rp80 ribu/kilogram tersebut memang bisa diterapkan dipasaran. Namun yang dijual adalah daging import atau daging beku. Tetapi pertanyaannya bila hal ini dilaksanakan, apakah peternak sapi di Indonesia akan bisa bertahan Dilihat dari biaya pemeliharaan ternak yang menyebabkan harga jual yang tinggi dan mengakibatkan peternak kalah bersaing," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga akan menyerahkan kepada masyarakat apakah mau menerima dan mengkonsumsi daging impor atau daging beku. 

"Bila sebagian besar masyarakat menyatakan bisa menerima, maka Distanak tinggal berkoordinasi dengan Dinas perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mendatangkan daging import," pungkasnya.(WAHYU KRIDA/m)

Berita Terbaru