Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Kab. Serang Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

2.326 Karyawan Makin Group di Kotim Dirumahkan

  • Oleh Rafiuddin
  • 27 Juni 2016 - 16:02 WIB

BORNEONEWS, Kotim - Sedikitnya 2.326 orang karyawan Makin Group di Kabupaten Kotawaringin Timur (KotiM) dirumahkan, atau mengundurkan diri dari perusahaan. Pasalnya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit tersebut mengalami krisis keuangan.

'Ada lima perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan. Semuanya perusahaan kelompok Makin Group. Tapi bukan pemutusan hubungan kerja, karena dalam masalah ini karyawan yang mengundurkan diri. Mungkin itu kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan,' kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)  Kotim, Bima Ekawardhana didampingi Kepala Bidang Hubungan Industrial, Gatut Setyo Utomo, di Sampit, Senin (27/6/2016).

Data diterima Dinsosnakertans, lima perusahaan perkebunan sawit Makin Group yang melakukan pengurangan karyawan adalah PT Mukti Sawit Kauripan, PT Surya Inti Sawit Kahuripan, PT Wanayasa Kahuripan Indonesia, PT Katingan Indah Utama dan PT Intiga Prabhara Kahuripan.

Pemberian tali asih kepada ribuan karyawan itu dilaksanakan hampir bersamaan, 24-28 Mei lalu. Pemberian tali asih karena karyawan yang mengundurkan diri.

Jumlah karyawan yang nenerima tali asih dirincikan, yakni PT Mukti Sawit Kahuripan sebanyak 192 orang, PT Surya Inti Sawit Kahuripan sebanyak 397 orang, PT Wanayasa Kahuripan Indonesia sebanyak 255 orang, PT Katingan Indah Utama sebanyak 1.028 orang dan PT Intiga Prabhakara Kahuripan sebanyak 454 orang.

Dalam laporannya ke Dinsosnakertrans, pihak perusahaan beralasan, tawaran pemberian tali asih menjadi solusi karena kondisi yang memaksa. Yakni kondisi keuangan perusahaan kurang baik, beban biaya operasional perusahaan cukup tinggi serta produktivitas turun.

Turunnya harga minyak sawit turun sejak 2011 sebesar 1,275 dolar hingga tahun 2015 menjadi 570 dolar atau turun 55,3 persen, juga cukup mengganggu kondisi perusahaan. Kenaikan biaya produksi utama yaitu tenaga kerja dan pupuk, yakni kenaikan upah minim yang sangat tinggi dari tahun ke tahun. Selain itu terjadi penurunan produktivitas tandan buah segar akibat perubahan iklim dan kemarau panjang.

Kondisi itu berdampak pada pembayaran upah karyawan dan koperasi tidak tepat waktu, perbaikan dan perawatan ditunda, penghematan biaya operasional, utang bank dan terancamnya kelangsungan perusahaan.

'Sesuai undang-undang, penyelesaian bipartit antara perusahaan dan pekerja itu memang diutamakan. Kalau sudah sepakat menyelesaikan seperti ini, kami tidak bisa ikut campur. Tapi kami tetap memantau,' kata Bima.

Pantauan Dinsosnakertrans, para karyawan yang menerima tali asih tersebut pulang ke kampung mereka ke luar Kalimantan Tengah, khususnya Pulau Jawa. Ini diperkirakan karena saat inj bertepatan menjelang hari raya Idul Fitri. Usai lebaran, kemungkinan sebagian ada yang kembali untuk mencari pekerjaan di Kotawaringin Timur.

Bima menyarankan pihak perusahaan di daerah ini membenahi manajemen agar kondisi keuangan perusahaan juga membaik. Jika pun ada masalah ketenagakerjaan, diharapkan diselesaikan dengan baik sesuai aturan. (RAFIUDIN/N).

Berita Terbaru