Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Indragiri Hulu Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Imanuel Nuhan: Sebelum Mati, Saya ingin ke Sambi

  • Oleh Cecep Herdi
  • 24 Agustus 2016 - 15:06 WIB

BORNEONEWS, Kobar - Imanuel Nuhan (93), satu-satunya pelaku sejarah penerjunan perdana di Kabupaten Kobar 1947, yang masih hidup, berkunjung ke Kabupaten Kotawaringin Barat, menumpang pesawat TNI AU, Selasa (23/8/2016) siang. Pensiunan TNI AU itu, bekas penerjun pejuang era proklamasi NKRI. Imanuel yang kini sudah tua renta dengan panca indra melemah merupakan satu dari 13 penerjun Pasukan MN 1001, pasukan Indonesia pertama yang diterjunkan untuk misi mempertahankan kemerdekaan di Pulau Kalimantan, 17 Oktober 1947.

Kedatangan warga Jalan G Obos XXIV Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah itu, ke Pangkalan Bun, Kobar, tak lain untuk mendatangi lokasi pendaratan dalam penerjunan TNI AU pertama di pulau Kalimantan. Kakek renta yang digendong turun dari pesawat oleh salah satu anggota Paskhas langsung disediakan kursi roda. Wajar saja, di usia lanjutnya kini, ia sudah tak mampu berdiri dan berjalan kaki gagah perkasa saat usia mudanya dulu. Kedatangannya didampingi istri Pangkopsau II, N.A. Dwi Sudiastuti bersama rombongan Paskhas dari Makassar.

Di usia rentanya kini, Imanuel rupanya ingin sekali mendatangi titik lokasi pendaratan saat ia terjun bersama 12 anggota penerjun lainnya di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kobar. Ia mengaku, selama hidupnya, setelah penerjunan di Sambi, 69 tahun silam, baru kali ini keinginannya mendatangi kembali lokasi penerjunan pertamanya tercapai.

"Sebelum saya meninggal, saya ingin sekali mendatangi tempat penerjunan di Sambi," bisik Imanuel di atas kursi roda kepada salah satu anaknya, Ernison, yang mendampingi kedatangannya, di ruang VIP Bandara Iskandar Pangkalan Bun, Selasa siang.

Pria yang sudah tak fasih berbicara karena faktor usia itu masih nampak semangat mendatangi lokasi dimana tiga temannya saat penerjunan tewas ditembak tentara Belanda, sementara ia lolos dari kejaran pasukan penjajah di hutan belantara Kalimantan Tengah. Kini, dari 13 pasukan itu, hanya ia yang masih hidup dan menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah penerjunan pertama dalam misi perjuangan kemerdekaan RI.

"Saat pendaratan, bapak saya nyangkut di pohon setinggi 40 meter, dalam hutan belantara. Saat itu tiga tewas tertembak, tiga orang lagi ditawan tentara belanda, dan sisanya, termasuk bapak saya ini lolos," jelas Ernison.

Misi utama Imanuel yang kala itu masih berpangkat Tamtama bersama penerjun lainnya, membuka induk komunikasi antara pulau Jawa dan Kalimantan dengan pemasangan alat pemancar radio yang saat itu Indonesia sudah merdeka namun gaungnya belum sampai ke Kalimantan.

"Ada tiga misi yang dibawa 13 pasukan saat itu. Pertama, menyusun gerilya dalam menghadapi penjajah, kamudian memasang pemancar radio dan ketiga menyusun Desert karena rencananya akan ada penerjunan selanjutnya," terang ketua rombongan, Komandan Wing ll Paskhas, Kolonel Pas Ari Ismanto sesaat sebelum melakukan perjalanan ke Sambi, diampingi Komandan TNI AU Iskandar Pangkalan Bun, Letkol Pnb Ucok Enrico Hutadjulu.

Imanuel Nuhan yang juga perintis lahirnya Kopaskhas di Republik ini, sempat akan mendatangi Sambi pada 2012 silam. Namun karena saat itu akses jalan yang sulit dan tidak adanya penunjuk jalan, akhirnya ia terpaksa mengurungkan niatnya. Baru Selasa siang ini, ia bisa menginjakan kakinya di lokasi pendaratan pada misi penerjunan jaman kemerdekaan puluhan tahun silam. "Kedatangannya ke Sambi merupakan cita-cita terbesarnya sejak lama," ujar Kolonel Ari Ismanto.

"Rencananya, usai mengunjungi Sambi, Imanuel bertolak kembali ke Palangka Raya, Rabu (24/8/2016). Beliau sehari saja di Kobar," ujar Letkol Ucok yang ikut mengantar Imanuel Nuhan ke mobil yang kemudian keluar dari Bandara dan bertolak ke Desa Sambi. (CP/N).

Berita Terbaru