BORNEONEWS, Buntok - Musim kemarau, daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Barito Selatan dangkal, sejumlah tugboat dan tongkang batu bara mandek, tidak bisa meneruskan perjalanan. Pantauan PPost, khususnya di pesisir sungai di wilayah Kota Buntok, sejumlah tugboat dan tongkang batu bara harus bertambat, karena tidak bisa melanjutkan angkutan, akibat kedangkalan sungai.

"Kalau kondisi air sungai sudah seperti ini, kami terpaksa bertambat. Karena jika nekat meneruskan perjalanan, justru malah bisa menambah kerugian besar, dan salah salah tongkangnya bisa terbalik," kata Edy Efendi, Kapten KM Buana Nusantara, Rabu (31/8/2016).

Dia menuturkan, sudah sepekan ini dirinya bersama lima orang awak kapal lainnya terpaksa bertahan di Kota Buntok karena faktor alam. 

Hal senada juga diucapkan Johanes, awak kapal Bahar II yang sudah 16 hari bermukim di Kota Buntok akibat tidak bisa melanjutkan pelayarannya untuk menarik tongkang batu bara.

"Karena ini sudah merupakan  pekerjaan saya, mau tidak mau harus tetap menjaga kapal di manapun bertambatnya, sementara menunggu kondisi air sungai ini normal kembali," ujarnya

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Barito Selatan, Sintano kepada wartawan di Buntok, mengatakan, masalah faktor alam yang dihadapi saat ini memang tidak bisa dipungkiri. "Jadi untuk menanggapi hal ini, tergantung kita saja yang menyikapinya dan harus selalu siaga dalam menjaga keamanan dan keselamatan kerja," kata dia.

Sintano juga mengingatkan, jika dari sejumlah tagboat dan tongkang batu bara yang bertambat di wilayahnya, ada yang merasa terganggu dengan keamanan setempat, kiranya tidak perlu enggan untuk melaporkan kepada pihak berwajib.

"Saya yakin aparat kepolisian di Barsel ini pasti cepat menanggapi setiap laporan gangguan kamtibmas," demikian Sintano. (H. LAILY MANSYUR/N).