Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Pesisir Barat Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Petugas Stand Pameran Benda Pusaka Kebanjiran Beragam Pertanyaan

  • Oleh Wahyu Krida
  • 12 Oktober 2016 - 07:05 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Salah satu kegiatan yang menarik dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) X 2016 yang digelar di Pangkalan Bun pada 9-12 Oktober adalah pameran benda pusaka. Berbagai pusaka dari kerajaan dan kesultanan di nusantara yang terdiri dari pedang, keris hingga topeng pusaka diperlihatkan kepada khalayak di Istana Kuning, kesultanan Kutaringin.

Walhasil kegiatan tersebut menjadi salah satu tujuan masyarakat penggemar sejarah, hingga para siswa sekolah di Pangkalan Bun yang sengaja ditugaskan oleh guru di sekolahnya untuk membuat makalah mengenai sejarah kesultanan dan kerajaan di Nusantara.

Hal ini membuat penjaga stand pameran kebanjiran beragam pertanyaan dari para pengunjung. Seperti yang terlihat di stand Kasultanan Kacirebonan. Topeng yang biasa digunakan dalam tarian topeng Cirebon, nampak  menarik. Hingga menarik beberapa orang untuk bertanya intensif kepada penjaga stand.  

Elang Iyan, Kerabat Kasultanan Kacirebonan yang saat itu bertugas di stand pameran Selasa (11/10/2016) menceritakan apa saja pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh pengunjung. 

"Banyak pertanyaan kenapa ada topeng yang berwarna dan ada juga topeng yang polos tanpa di cat. Karena topeng yang polos adalah topeng pusaka turun temurun. Bila diibaratkan dalam bahasa kekinian topeng pusaka tersebut adalah master untuk pembuatan topeng lainnya," jelasnya dengan nada bersemangat. 

Namun pada stand lainnya di lokasi yang sama yaitu Stand Kerajaan Gowa yang saat itu menampilkan replika senjata tradisional yaitu badik, pertanyaan berbeda sering ditanyakan pengunjung. 

"Mereka rata-rata penasaran. Apakah yang datang dalam FKN ini adalah rombongan Kerajaan Gowa yang asli dari garis keturunan atau versi DPRD Gowa yang mengangkat bupati Gowa sebagai raja. Kami tegaskan yang datang dalam kegiatan ini adalah rombongan Raja Gowa yang sah berdasarkan garis keturunan yaitu Andi Maddusila," ujar Hasanuddin yang menjabat sebagai Tumilalang atau juru bicara kerajaan Gowa. 

Pria setengah baya yang saat itu didampingi oleh Andi Bo Malik yang menjabat sebagai Panglima Perang Kerajaan Gowa, kemudian menuturkan pendapat para pengunjung setelah mendapatkan penjelasan oleh mereka mengenai permasalahan yang terjadi antara kerajaan Gowa dengan pemerintah Kabupaten Gowa. 

"Rata-rata merasa merasa heran. Kami rasa hal tersebut wajar. Tentunya sangat aneh bila ada orang diluar garis keturunan kerajaan kemudian mau mengacak-acak sistem kerajaan. Didukung DPRD Gowa, mereka  kemudian membuat Perda, sehingga Bupati Gowa otomatis adalah Raja Gowa. Bagaimana tidak aneh" ujarnya. (WAHYU KRIDA/m)

Berita Terbaru