Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Raja Matan dan Raja Tayan: Warisan Budaya Itu Tambang Emas Masa Depan

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 12 Oktober 2016 - 19:18 WIB

FESTIVAL Keraton Nusantara X telah usai. Lalu apa yang yang terekam, dan tertanam di sanubari para raja, sultan serta seluruh punggawanya setelah sekian hari saling bersilturahmi di Kota Pangkalan Bun

Kerajaam Matan dan Kerajaan Tayan,  merupakan kerajaan yang eksis di abad XVIII ' IX  di Kalimantan Bagian Barat.  Sebagai kerajaan kecil yang memiliki tradisi Islam, tetapi sangat menjunjung tinggi perdamaian dan persaudaraan. Dan, yang paling tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah keharusan menjunjung tinggi warisan leluhur. Terutama sekali leluhur  yang  mewariskan budaya Hindu.

'Ini terbukti di situs-situs makam kuno yang ditemukan oleh Balai Arkeologi. Di sana  terdapat tulisan-tulisan berhuruf Arab dan Hindu sekaligus,' kata Gusti Kamboja, yang  kini mewarisi predikat Raja Kerajaan Matan tersebut. Matan sendiri kini berada di Kapubaten Ketapang.

Hal itu diamini oleh tetangganya, yakni Raja Kerajaan Tayan, yang bernama Gusti Yusri. 

Sebagai kerajaan yang makmur pada masa lalu, karena tekenal dengan produksi emas dan keramik, Matan sangat dikenal.  Kawasan inilah yang  pada abad-abad lalu dikenal sebagai daerah Tanjung Pura.  'Pada era Hindu bernama Tanjung Pura, tetapi setelah menjadi Islam, berubah namanya menjadi Kerajaan Matan,' kata Kamboja.

Ia meyakini bahwa  kehidupan budaya Hindu sangat kuat, oleh karena belakangan ditemukan sebuah candi.

Yang pasti,   baik Gusti Yusri maupun Gusti Kamboja sebagai  pewaris peninggalan nenek moyang sepakat, bahwa yang mereka warisi adalah asset budaya. 'Raja yang kami warisi adalah budaya. Bukan tahta dan kekuasaan. Karena itu kami ingin menempatkan  warisan ini sebagai asset budaya. Inilah tambang emas dan intan untuk masa depan kami.  Yang harus kami gali dan kembangkan menjadi  destinasi wisata,' kata kedua raja yang masih berusia muda ini.  

Sebagaimana diketahui, di kawasan ini, dahulu dikenal sebagai pusat pertambangan emas dan intan,  terutama dengan pusat pertambangan di Monterado, yang kini berada di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Tayan sendiri, kini berada di wilayah Kabupaten Sanggau. 

Bagi Gusti  Yusri maupun Gusti Kemboja, tambang emas yang berupa warisan budaya tidak akan habis. Bahkan dari tahun ke tahun, abad ke abad, nilainya semakin tinggi. 'Kami yakin dengan demikian bukan hanya bisa memakmurkan daerah, tetapi juga menyejahterakan rakyat.'

Kesadaran inilah yang menurut Kamboja harus ditanamkan kepada seluruh juriat khususnya dan kepada warga pada umumnya. 'Generasi kini harus kreatif dan optimistis membangun masa depan. Saya malu pada diri saya sendiri kalau selalu meminta dan tergantung pada pemerintah.'    (yoh/*) 

Berita Terbaru