Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Purworejo Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Seruan dari Poso

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 07 November 2016 - 20:39 WIB

'Kepada Indonesia dan dunia, kami katakan bahwa berkelahi tidak ada gunanya. Lebih dari 15 tahun lalu kami berkelahi dan tidak ada gunanya sama sekali, selain kehancuran. Anda mau itu, silakan, kami tidak mau lagi. Kapok kita,'  ujar tokoh muda Kabupaten Poso, Rizal Calvary, pada Sabtu (5/11/2016).

Konflik sektarian, demikian Rizal, tidak ada manfaatnya sama sekali. Sebab itu, jangan sampai perpolitikan nasional malah mengulang kebodohan yang pernah terjadi di Poso.  'Dulu kebodohan kami secara kolektif, berkelahi. Sekarang kami sudah pintar,' ujar dia.

Pernyataan Rizal dipertegas lagi oleh Tokoh Masyarakat Poso Hendrik A Lyanto. Dikemukakannya, masyarakat Poso sudah dewasa dalam hal hidup dalam keragaman. Sebab itu, masyarakat Poso dapat menjadi contoh nyata hidup dalam keragaman saat ini.  'Hal itu terlihat dari semua lapisan agama, suku, dan profesi bahu membahu menyukseskan pesta Danau Poso terakbar sepanjang sejarah festitval ini, yang  digelar 2-5 Oktober ini,'  ujar Hendrik.

Pesan Rizal dan Hendrik tersebut disampaikan sehari setelah terjadi demonstrasi besar di Jakarta yang dipicu oleh isu penistaan agama. Mereka mengaku sudah kapok diadu domba oleh orang-orang  tak bertanggungjawab yang memiliki kepentingan politik tertentu.   Poso hancur lebur.

Warga Poso, tak mau diadu domba untuk berkelahi.  Mereka sudah sadar dan pintar.  Mereka kini bersatu padu, damai dan rukun. Bahu-membahu membangun daerah: menggelar Festival Danau Poso.  

Mengulang pengalaman pahit yang dialami Poso, adalah kebodohan. Dan kita patut bersyukur, Kalimantan Tengah punya  Gubernur dan Wakil Gubernur seperti Sugiano Sabran dan Habib Said Ismail.  Dari awal mereka meminta warga Kalteng jangan terpancing perpecahan yang dipicu oleh isu SARA (Suku, Agama, dan Ras).  Apalagi hanya untuk kepentingan pilkada. 

Beberapa pekan lalu Wagub Habib melarang isu pilkada Jakarta dibawa ke  Kalteng.  Dan beberapa hari lalu Gubernur Sugianto mempertegas kembali.   'Tugas kita bersama dalam menjaga kebersamaan di Indonesia dan Kalteng khususnya. Kita harus cerdas menyikapi  isu-isu yang dapat merusak rasa persaudaraan.Mari kita bersikap bijak dalam menelaah dan menyaring.Jangan malah mudah terpancing!'

Sekali lagi: sejarah kelam Poso jangan ditiru.  Rakyat selalu menjadi korban. Yang beruntung hanyalah politisi atau kelompok tertentu yang punya kepentingan.   

Berita Terbaru