Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Konawe Utara Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Diduga Diburu Kolektor, Pencurian Sapundu Makin Sering Terjadi

  • Oleh ANTARA
  • 24 Desember 2016 - 20:00 WIB

BORNEONEWS, Seruyan - Keberadaan sapundu atau tiang pengikat hewan korban untuk upacara tiwah dalam budaya Dayak, kini makin terancam. Pencurian terhadap salah satu warisan budaya Dayak yang bernilai tinggi ini makin kerap terjadi di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

"Sapundu yang ada di Seruyan memang masih sering dicuri," kata Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bangkal, Esho, di Desa Bangkal, Sabtu (24/12/2016).

"Kita memang tidak bisa memastikan jumlah Sapundu yang hilang. Tapi kita perkirakan jumlahnya sudah puluhan, dan Sapundu yang hilang itu usianya sudah sangat tua," lanjutnya.

Para pemburu barang-barang antik, diduga menjadi faktor penarik terjadinya pencurian itu. Menurut Esho, sapundu yang berusia tua memiliki nilai jual yang tinggi. Ia mengatakan, sapundu yang sudah berusia ratusan tahun bisa dihargai hingga miliaran rupiah.

"Karena nilainya yang begitu tinggi tadi, maka Sapundu ini akhirnya menjadi sasaran pencurian," jelasnya.

Bagi penganut agama Keharingan, sapundu bukan hanya sebatas tiang dengan ornamen patung yang bernilai seni, tapi juga bagian dari keyakinan sehingga sangat disakralkan. Sapundu sebagai tiang untuk mengikat hewan kurban saat upacara tiwah juga perlambang kasih sayang dan bakti terhadap leluhur.

Keberadaan sapundu selalu berdampingan dengan sandung atau tempat meletakkan tulang-belulang orang yang sudah meninggal setelah upacara tiwah.

"Setiap sandung harus ada sapundu. Karena sapundu hilang, akhirnya sandung seperti tidak berarti apa-apa," tutur Esho. (ANTARA/B-10)

Berita Terbaru