Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Mataram Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Kisah dan Harapan Pengupas Kelapa yang Diupah Rp100 per Buah

  • Oleh Muhammad Hamim
  • 03 April 2017 - 19:35 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Ada sebagian orang yang belum bersukur atas pedapatannya dalam bekerja sehari-hari walaupun dari hasilnya relatif besar. Namun, sejumlah masyarakat di wilayah Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini mungkin bisa membuat diri kita sadar.

Seperti yang dilakukan Matnur dan kawan-kawan, warga Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit, Kotim. Di mana untuk mendapatkan uang Rp10 ribu saja, mereka harus mengupas atau membersihkan sabut kelapa sebanyak 100 buah. Bayangkan, betapa capeknya.

Mereka bekerja bukan karena hobi. Namun karena keadaan ingin terus bertahan hidup guna memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Kenapa seperti itu, karena upah sebagai pembersih sabut kelapa bisa dikatakan sangatlah kecil. Yang mana untuk per buah hanya dihargai Rp100 atau Rp10 ribu per 100 buah. Dan itu tampak tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan dan risiko yang dihadapi, karena bisa membuat tangan terluka kena alat sudetan kulit kelapa itu.

"Kami terpaksa harus mengerjakan ini, walaupun terbilang berat tapi ini agar dapur terus mengebul," ujar Matnur saat disambangi borneonews.co.id, Senin (3/4/2017).

Matnur menceritakan, upah membuang serabut kelapa saat ini sudah mulai membaik dibanding waktu dulu-dulunya. "Mengupas 100 buah dapat Rp10 ribu. Ini cukup besar dibanding lima hingga enam tahun lalu. Yang mana hanya Rp30 ribu per 100 buah kelapa," kisahnya.

Penghasilan sehari tergantung kecepatan. Kalau pemula mungkin hanya bisa 100 biji lebih dalam sehari. Itu artinya sehari cuma dapat Rp10 ribu.

"Namun kalau yang sudah lama bekerja mungkin bisa saja dapat 600 biji atau bahkan 1.000 biji dalam sehari," sambung Matnur.

Cara kerja mengupas kepala, yakni menggunakan alat semacam tombak di ujungnya dan diasah tajam sehingga mudah untuk menguliti serabut kelapa itu.

Matnur sudah dijalaninya pekerjaan tersebut sejak masih bujang hingga saat ini sudah punya dua anak. "Sehingga susah senangnya sudah saya dirasakan," selorohnya.

Akibat mengupas kelapa itu tangannya pernah terluka akibat terkena alat pengupas, hingga kaki dijatuhi kelapa akibat terlepas saat mengupas serabut tersebut.

Matnur dan kawan-kawan punya satu harapan. "Inginnya, upah dari pekerjaan membersihkan serabut kelapa ini bisa naik selain juga ingin ada pekerjaan lain yang bisa diperbuat di desa tersebut, agar penghasilan yang layak dan tinggi," harap Matnur.

Matnur dan kawannya juga punya mimpi. Ingin bekerja seperti orang di kota layaknya pegawai kantoran. Namun karena pendidikannya yang rendah yang hanya lulusan SD, rasanya itu susah.

"Jadi yang penting ada pekerjaan dan bisa menghasilkan uang, walaupun hasilnya belum banyak," ucap Matnur sambil menerawang menatap langit di tengah terik matahari tadi siang. (MUHAMMAD HAMIM/B-5)

Berita Terbaru