BORNEONEWS, Palangka Raya - Terik panas yang menyengat Kota Palangka Raya, Minggu (23/4/2017) siang tak menyurutkan niat wanita paruh baya ini berkeliling mencari botol plastik dan potongan besi.

Dialah Sumiatun, wanita 58 tahun yang siang itu tengah berjalan pelan di sepanjangan jalan Tingang, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Ia kesehariannya sebagai penjaga gedung walet. Namun, untuk menambah penghasilan ia juga memulung.

"Kerjaan utama jaga sarang walet di DA Tawa. Tapi sampingan saya ya begini, cari botol-botol bekas untuk dijual lagi," ungkapnya kepada Borneonews.

Usianya tak lagi muda. Namun lantaran terbelit utang pada rentenir di kota asalnya Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ia memberanikan diri bersama keluarganya untuk hijrah ke Kota Palangka Raya.

Sudah enam tahun Sumiatun dan keluarganya mengadu nasib di Palangka Raya untuk melunasi hutang dari Lintah darat. "Sudah 6 tahun saya di Palangka Raya. Sejak itu juga dua pekerjaan ini saya lakoni," ucap ibu dari satu orang anak ini.

Sumiatun berharap mendapat rejeki lebih dengan berbekal karung plastik besar dan gancu untuk mengambil botol plastik yang kemudian dimasukan ke dalam karung.

Ia mengaku, meski memungut barang bekas, tak sembarang area berani ia jamah. Daerah yang bertuliskan peringatan larangan pemulung, pasti ia hindari. Dirinya takut karena pernah sekali melihat pemulung lainnya dihardik saat memungut botol-botol bekas di area kos-kosan.

"Dimarah-marahi, katanya cangkul ibu kos itu hilang. Yang dimarahi sih anak kosnya, katanya jangan bolehkan pemulung masuk area kos. Cuma marahinnya di depan pemulung itu. Saya kebetulan lagi enggak mulung," cerita Sumiatun.

Berbekal pengalaman itu, Sumiatun biasanya hanya memungut barang bekas di area-area perumahan baru dan ramah. Salah satunya kawasan Tingang yang siang itu didatanginya. (TESTI PRISCILLA/B-10)