Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Agam Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kawasan Industri SBI akan Produksi Minyak Goreng Sampai Biodiesel

  • Oleh Nazir Amin
  • 14 Mei 2017 - 10:38 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Melalui proyek downstream senilai hampir Rp7 triliun, Citra Borneo Indah (CBI) Group milik Haji Abdul Rasyid AS akan memproduksi berbagai barang jadi bernilai jual tinggi. Kawasan Industri PT Surya Borneo Industri (SBI), Sungai Tempenek, yang sedang digenjot pembangunannya, kelak akan melahirkan produk minyak goreng kemasan, bahan plastik, biodiesel, bahan baku obat-obatan, kosmetika dan lainnya.

"Berbagai produk berorientasi ekspor akan kami produksi dari Kawasan Industri SBI di Tempenek, Kumai," kata Direktur Komersial PT Surya Borneo Industri, Ramzi Sastra kepada Borneonews, yang menghubunginya, Ahad (14/5/2017) pagi.

Sejak 2014, CBI Group membangun Kawasan Industri SBI, di Sungai Tempenek, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Di atas lahan seluas 100 hektare itu, sedikitnya akan beroperasi empat perusahaan: PT Surya Borneo Industri (SBI), sebagai pemilik areal industri, Kawasan Industri SBI, yang akan mengembangkan berbagai produk industri berbahan baku CPO atau minyak kelapa sawit.

"Saat ini kami sudah menggarap sekitar 43 hektare. Saat memulainya tahun 2014, kawasan ini masih berupa rawa dengan infrastruktur jalan, nyaris tidak ada," kata Rudy Ferdinand Bokslag, Head of Downstream Project CBI Group kepada Borneonews, yang menemuinya di lokasi, Jumat (12/5/2017).

Tiga perusahaan lainnya dibangun CBI Group, dengan masing-masing produksi berbeda. PT Citra Borneo Utama (CBU), yang memproduksi minyak goreng (olein) dan stearin. Lainnya, produk Biodiesel dan Glycerin lewat PT Citra Borneo Energy (CBE), dan PT Citra Borneo Chemical (CBC), nantinya menghasilkan fetty acids, fatty alcohol dan produk oleo chemical, dan lain sebagainya. 

Kalau semua berjalan mulus, itu artinya CBI Group dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tidak lagi mengandalkan pendapatannya dari Crude Palm Oil (CPO), atau minyak kelapa sawit. Dengan memasuki indusri hilir berbahan baku minyak kelapa sawit, konglomerasi milik pengusaha asal Kalteng, Haji Abdul Rasyid itu, merambah industri sawit dari hulu ke hilir. Hilirisasi industri akhirnya sudah dimulai di Bumi Marunting Batu Aji.

"Ini sesuai harapan pemerintah agar para pengusaha memasuki industri hilir, dengan mengekspor barang jadi bernilai jual tinggi, bukan bahan baku setengah jadi, apalagi bahan mentah," urai Ramzi Sastra.     

Minyak goreng

Dalam rencana kerja yang sudah disusun matang, paling lambat akhir tahun 2017, PT Citra Borneo Utama sudah memproduksi minyak goreng (olein) dan stearin. Awal 2018, kata Rudy Bokslag, produk komersial minyak goreng kemasan sudah masuk pasar.

"Minyak goreng kemasan CBI Group ini, terbesar untuk pasar ekspor, sebagian kecil di dalam negeri," kata pria bertubuh tinggi besar itu.

Saat menemani rombongan Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan mengunjungi Kawasan Industri SBI, di Tempenek, Kumai, Rabu (10/5/2017), Haji Abdul Rasyid nampak bersemangat menjelaskan obsesi lamanya memasuki industri hilir. Pembangunan megaproyek itu akan mmbuat CBI Group pengekspor produk jadi berbagai turunan minyak kelapa sawit. Jadi, bukan lagi penyuplai CPO, seperti dijalani selama ini. Dengan begitu nilai tambahnya berlipat-lipat. 

"Kami ingin bahan baku CPO di sini di Kotawaringin Barat, semuanya kita ekspor menjadi produk jadi. Kita masuk refinery, biodiesel, olio, dan sebagainya," kata H Abdul Rasyid AS saat mengajak Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan dan rombongan berkeliling meninjau pembangunan PT Surya Borneo Industri (SBI), pengelola kawasan industri di Sungai Tempenek, Rabu (10/5/2017).

Direktur BNI Putrama Wahyu Setiawan dan rombongan berada di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, sejak Selasa (9/5/2017). Tim Bank BNI itu, ingin melihat langsung perkembangan bisnis CBI Group, dan PT SSMS Tbk. Januari 2017, PT SSMS Tbk, mendapatkan fasilitas kredit Rp6 triliun dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Fasilitas kredit ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

"Kami tertarik dengan semangat Pak Rasyid dalam membangun daerah. Itulah yang membuat BNI terus menjalin kerja sama, sampai hari ini," kata Putrama Wahyu Setyawan.

Melalui bendera PT Surya Borneo Industri, CBI Group melebarkan sayap usahanya ke sektor hilir dengan membangun komplek industri, yang kelak bisa menampung belasan ribu tenaga kerja. Rencana tersebut telah digagas sejak beberapa tahun lalu, dan mulai dibangun, dan digencarkan 2014.

Unggulan daerah

Haji Abdul Rasyid kepada Borneonews  tahun 2015 memaparkan, di bawah bendera Grup CBI, korporasi lebih fokus pada peningkatan prioritas unggulan daerah. Semangatnya menjadi pemicu peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui kompetensi inti industri berbahan baku dari daerah, kelapa sawit, CPO, dan membuka kesempatan kerja bagi warga.

Pengusaha asal Kalimantan Tengah yang tercatat sebagai orang terkaya ke-41 Indonesia versi majalah Forbes 2014 ini, membangun sebuah perusahaan kelapa sawit berbeda dengan perusahaan sawit lainnya. Menurutnya, korporasi harus menjadi entitas bisnis yang terintegrasi untuk membangun daerah, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan begitu masyarakat merasakan perusahaan ada di tengah-tengah mereka.

Di sektor hulu, PT SSMS Tbk, bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, sedangkan PT SBI di sektor hilir beroperasi di bidang industri. Untuk itu semua, mulai dibangun rifenery, biodiesel dan olio di Kumai. Di komplek industri Tempenek itu nanti CPO diolah sampai menjadi barang jadi yang siap jual di retail.

'Kami bercita-cita supaya produk turunan dari kelapa sawit seperti minyak goreng, sabun, sampo dan lain sebagainya diproduksi di sini, di daerah ini, di Kobar,' kata mantan anggota MPR RI (1999'2004) utusan daerah Kalimantan Tengah itu. (NAZIR AMIN/B-2).

Berita Terbaru