Aplikasi Pilgub (Pemilihan Gubernur) Propinsi Sulawesi Tengah Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sawit Sumbermas Sarana Lebih Fleksibel Kelola Arus Kas 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 09 Februari 2018 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menyatakan pihaknya sekarang lebih leluasa dalam mengelola arus kas menyusul penerbitan obligasi global senilai US$300 juta atau setara dengan Rp4,093 triliun.

"Perseroan baru saja menerbitkan obligasi global senilai US$300 juta dengan tingkat kupon sebesar 7,75 persen per tahun," kata Presiden Direktur Sawit Sumbermas Sarana, Vallauthan Subraminam, melalui pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (9/2/2018). 

Hasil dari penerbitan obligasi global tersebut, menurut Subraminam, sebagian besar akan digunakan untuk membiayai kembali pinjaman perbankan. 

Sampai akhir 2017, kinerja keuangan SSMS naik dan diprediksi mampu membukukan penjualan sebesar Rp2,96 triliun atau naik 8% dengan kenaikan laba bersih sebesar 6% menjadi Rp633 miliar, kata analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji.

Kenaikan kinerja tersebut, menurut Nafan, ditopang meningkatnya produksi. SSMS akan mengakuisisi perkebunan yang ada di sekitar areal perkebunan dan pabrik. 

"Akuisisi tersebut untuk menjaga kualitas pengelolaan CPO dan efisiensi biaya transportasi. Apalagi SSMS menargetkan area tanam naik menjadi 150.000 ha pada 2018, dari 70.125 ha di akhir tahun lalu," papar dia.

SSMS sudah menjalankan strategi akuisisi perkebunan kelapa sawit sejak 2015. Lokasi perkebunan yang berdekatan satu sama lain serta berdekatan dengan lokasi pabrik pengolahan, membuat pengangkutan lebih efisien.

Perusahaan sawit ini juga berencana meningkatkan kapasitas pabrik sampai 600 ton per jam. Adapun produksi CPO SSMS pada 2017 dan 2018 masing-masing diprediksikan akan tumbuh 18,2% dan 21,7% menjadi 384.000 ton dan 447.200 ton.

Untuk diketahui, Sawit Sumbermas akan menjadi satu-satunya perusahaan perkebunan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia setelah Astra Agro Lestari dan London Sumatra dikeluarkan dari Indeks LQ45 sejak Februari 2018.  (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru