Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Sibolga Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Analis: Ringgit dan Minyak Kedelai Bebani CPO 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 19 Februari 2018 - 17:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Harga minyak sawit (CPO) berpotensi turun pada perdagangan Senin (19/2/2018) dengan investor mengkhawatirkan penguatan ringgit serta potensi berlanjutnya penurunan harga minyak kedelai berjangka.

"Penguatan ringgit, mata uang perdagangan minyak sawit, biasanya akan membuat harga minyak nabati ini menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya. Ringgit menguat 0,15% di level 3,8880 per dolar AS pada pukul 11:41 WIB, dekat level terendah dalam hampir tiga pekan," kata Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal dalam risetnya di Jakarta, Senin (19/2/2018).

Harga minyak kedelai berjangka pada perdagangan Kamis (15/2/2018) berakhir melemah, dengan para trader yang mengunci keuntungan setelah naik selama tiga sesi beruntun setelah perkiraan untuk prospek hujan di Argentina meningkat.  

Proyeksi cuaca di Argentina akhir-akhir ini telah memicu kekhawatiran akan adanya kekeringan di negara eksportir kedelai terbesar nomor 3 di dunia itu.

"Potensi pergerakan pada hari ini akan berkisar di antara 2.450 - 2.550 ringgit per ton," katanya. 

Untuk sisi bawahnya, menurut Faisyal, sebelum menuju ke level 2.450, harga harus melewati area 2.480 terlebih dahulu. Dan untuk sisi atasnya, sebelum menargetkan ke area 2.550, harga harus melewati area 2.520 terlebih dahulu. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru