Aplikasi Pilwali (Pemilihan Walikota) Kota Denpasar Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Santri Siap Lawan Hoax Dengan Produksi Konten Kreatif

  • Oleh Tim Borneonews
  • 21 Februari 2018 - 22:36 WIB

BORNEONEWS- Pengamat media sosial dari Komunikonten, Hariqo Wibawa, memaparkan bahwa potensi santri menjadi pembuat konten hebat sangat besar.

Karena mereka rata-rata mampu berbicara dalam empat bahasa (Arab, Inggris, Indonesia, bahasa daerah). Buku-buku pelajaran santripun berbahasa Arab dan Inggris, kemudian para kiai dan ustadz juga mengajar bahasa Arab dan Inggris. 

“Pesantren sudah ada sejak tahun 1475, kiai dan santri terlibat aktif melawan penjajah dan memerdekakan Indonesia. Komitmen santri untuk Pancasila dan NKRI tidak perlu diragukan lagi karena itu ciri utama santri, bersama kita jaga agar ciri utama tidak pudar," ungkapnya saat lokakarya literasi media dengan tema 'Optimalisasi Kreativitas Santri di Media Sosial dalam Upaya Memperkokoh dan Memajukan NKRI' di Pondok Pesantren Baitul Hidayah, Rabu (21/2/2018).

Di era digital, sambung dia, santri juga memainkan peran yang sangat strategis. Sudah banyak konten yang diproduksi oleh santri.

"Kegiatan ini tidak mengajari santri dari awal, karena santri umumnya sudah tahu mana yang boleh dan dilarang dilakukan di media sosial. Contoh di pesantren menghina orang, berkelahi bisa menyebabnya pelakunya diusir dari pesantren. Terkait literasi digital kita tinggal bilang kepada santri bahwa apa yang tidak boleh dilakukan di pesantren jangan dilakukan di media sosial, mereka sudah paham”, ujar Hariqo.

Hariqo menambahkan, semakin lama orang akan semakin sadar bahwa literasi media itu adalah kebutuhan. Literasi media itu seperti helm dan sarung tangan saat kita naik motor. Literasi media bermanfaat untuk keamanan setiap orang, keluarga, bangsa, dan negara. Santri harus menjadi pembuat konten, bukan sekedar penyebar konten karya orang lain.

Sementara itu, Dedeh Fardiah, ketua KPID Jawa Barat, dalam paparannya menjelaskan bahwa teknologi digital sesungguhnya untuk meningkatkan kreativitas, pelayakan publik, pembelajaran jarak jauh, dan mendorong pertumbuhan usaha. 

"Yang perlu kita evaluasi adalah sejauh mana pencapaian kita terhadap tujuan mulia dari teknologi digital tersebut."

Masih pada momen yang sama, M Latif Faidah, ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kota Bandung, melihat banyak sekali hal unik di pesantren yang bisa disampaikan ke publik. Tinggal kreativitas dalam memproduksi konten harus ditingkatkan.

“Santri bisa membuat infografis tentang istilah-istilah unik di pesantren. Bisa membuat kutipan-kutipan dari para kiai yang menunjukan kepada publik bahwa Islam itu rahmat bagi semua. Santri juga bisa memproduksi video dengan bahasa Arab dan Inggris."

"Saya setuju dengan Komunikonten, yang perlu tingkatkan adalah kreativitas dalam memproduksi konten. Relawan TIK siap membantu setiap Pesantren yang ingin santrinya lebih kreatif di media sosial”, ujar Latif Faidah. (RO/B-3)

Berita Terbaru