Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Melawi Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Faktor Pemicu Rendahnya Produksi Sawit Indonesia 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 07 Juni 2018 - 12:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Gabungan antara kebijakan moratorium dan kampanye anti-sawit di sejumlah negara Eropa, diyakini akan membatasi ketersediaan lahan sawit menjadi hanya 3 hingga 4 juta hektare dari total konsesi yang telah disetujui.

Karena ketersediaan lahan semakin terbatas, analis senior Rabobank Group, Oscar Tjakra, mengatakan program peremajaan tanaman sawit sangat penting bagi untuk meningkatkan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia.

“Tapi kombinasi antara besarnya biaya yang dibutuhkan untuk program peremajaan tanaman sawit, dan relatif rendahnya harga minyak sawit belakangan ini, telah memperlambat implementasi program peremajaan sawit di kedua negara itu," ujar Oscar.

“Hal ini mengancam lambatnya produksi sawit hingga 2022, ketika pasokan minyak sawit akan merefleksikan penurunan investasi dalam kegiatan replanting dan ekspansi lahan sawit,” sebutnya.

Mulai 2018 hingga 2030, Rabobank memperkirakan konsumsi minyak sawit global akan tumbuh dengan tingkat compound annual growth rate (CAGR) sebesar 2,8%, sedangkan produksi akan tumbuh dengan tingkat CAGR 1,4%.

“Kondisi ini akan terus memberikan tekanan terhadap harga minyak sawit, khususnya untuk permintaan jangka panjang dari negara-negara di Asia Tenggara, India dan Afrika melampaui produksi,” kata lembaga riset tersebut.

Ke depan, Oscar mengatakan rendahnya harga sebelum 2022 dapat memicu tingginya efisiensi operasional di beberapa perusahaan perkebunan untuk menurunkan biaya produksi. Hal ini juga dapat mempercepat konsolidasi di industri sawit.

“Dalam jangka panjang, penting bagi produsen sawit untuk meremajakan tanaman sawit yang tua untuk meningkatkan pasokan ke pasar-pasar yang disebutkan tadi secara berkesinambungan. Program peremajaan tanaman sawit juga penting bagi perkebunan sawit skala kecil, yang masing-masing tercatat sebesar 39% dan 33% dari total perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia,” imbuhnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru