Aplikasi Pilbup (Pemilihan Bupati) Kab. Pohuwato Pilkada Serentak 2024

IT Konsultan Terbaik Indonesia

RI-Malaysia Sepakat Lawan Kampanye Anti Sawit, Bagus Buat CPO

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 03 Juli 2018 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Indonesia dan Malaysia sebagai dua produsen minyak sawit terbesar dunia, telah sepakat untuk melawan kampanye hitam terhadap sawit di Eropa.

Kedua negara saat ini tengah menyiapkan strategi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menangkal dan menyikapi rencana pelarangan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel di Eropa dan juga maraknya kampanye hitam terhadap komoditas ini yang disuarakan berbagai lembaga di kawasan tersebut.

Kesepakatan kedua negara itu tercapai ketika Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad berkunjung ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

“Ekspor minyak sawit ke Eropa tengah terancam dan kita harus bekerjasama untuk meredam anggapan bahwa perkebunan kelapa sawit memicu deforestasi dan juga sebagai penyebab perubahan iklim dan merusak lingkungan,” kata Mahathir dalam konferensi pers bersama Jokowi di Istana Bogor beberapa waktu lalu.

Mahathir juga menuding kebijakan Eropa itu lebih didasarkan pada kepentingan ekonomi ketimbang soal dampak terhadap lingkungan. 

Seorang pelaku pasar di Jakarta, Selasa (3/7), menyebut kesepakatan itu bagus untuk menjaga harga minyak sawit mentah (CPO) dari tekanan akibat melemahnya kinerja ekspor kedua negara, terutama terimbas tingginya bea masuk terhadap impor minyak nabati di India.

"Yang diperlukan saat ini bagi kedua negara adalah mengintensifkan lobi ke sejumlah kalangan di Uni Eropa agar rencana pelarangan pemakaian minyak sawit untuk biodiesel dibatalkan," katanya.    

Tak hanya itu, Indonesia maupun Malaysia juga harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi semakain meningkatnya perseteruan dagang antara Amerika Serikat dengan China. Kebutuhan minyak nabati China yang banyak menggunakan minyak kedelai dari Amerika, harus bisa menjadi peluang untuk digantikan dengan minyak sawit. 

"Lobi terhadap pemerintah India untuk menurunkan bea masuk terhadap minyak nabati juga diperlukan agar serapan pasar negeri itu terhadap minyak sawit kembali pulih," ungkapnya.

Harga acuan CPO untuk kontrak pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada sesi pertama perdagangan Senin sempat turun tipis 0,1% di level 2.324 ringgit (US$575,53) per ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru