Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Demo dan Cuci Tangan

  • 12 Februari 2016 - 23:19 WIB

RATUSAN warga berduyun-duyun datang ke KPU Kalimantan Tengah (Kalteng) di Palangka Raya dengan teriakan-teriakan yang garang. 'Batalkan putusan pleno KPU 7 Februari', 'Kami menunggu 1x24 jam untuk putuskan. Jika tidak, kami yang akan memutuskan sendiri..'

Masih banyak lagi ucapan-ucapan bernada keras. Bahkan, mereka mengancam jika tuntutan mereka tidak dikabulkan KPU, maka akan datang dengan jumlah massa yang lebih besar.

Tampak jelas bahwa mereka adalah massa pendukung pasangan calon (paslon) gubernur yang telah kalah suara, Willy Midel Yoseph-Wahyudi K Anwar (WIBAWA). Meski, mereka mencoba menyembunyikannya. Tetapi, ikat kepala berwarna merah, menjadi label yang tidak bisa disangkal bahwa mereka pendukung cagub yang diusung PDIP itu.

Hal itu mereka pertegas sendiri dengan pernyataan-pernyataan, 'Apalagi gugatan kita sudah masuk. Kita dari tim Wibawa sudah sampaikan bukti itu ke MK dan DKPP. Kami beri deadline hari Senin, apabila tidak ada tanggapan serius dari KPU, maka kami akan turunkan massa lebih besar..' bunyi orasi EP Romong.

Yang menarik dicatat, saat terjadi demo di Kantor KPU di Palangka Raya, salah seorang pimpinan PDIP Kalteng, Borak Milton membuat pernyataan lain di depan wartawan. Ia berusaha keras membantah bahwa pihaknya pernah mengirim perintah melalui SMS kepada para pengurus PDIP di tingkat cabang (DPC) maupun anak cabang (PAC).

Perlu diketahui bahwa telah beredar secara berantai pesan-pesan dalam bentuk SMS kepada para pengurus partai tersebut di tingkat DPC hingga PAC. Intinya memerintahkan atau sekurang-kurangnya mengajak mereka untuk turun ke kota, dan melakukan demo besar-besaran di KPU Kalteng.

Barangkali karena SMS yang beredar luas itulah maka para orator yang berdemo di depan kantor KPU kemarin selalu mengatakan, 'Akan kami turunkan massa yang lebih besar lagi..!!'

Pengerahan massa dalam jumlah besar tanpa kendali yang jelas, pasti akan berbahaya. Pengerahan massa tanpa koordinasi yang jelas, tentu hanya akan menimbulkan kekisruhan. Pengerahan massa besar-besaran tanpa tujuan yang jelas, bisa saja justru terjerumus ke dalam chaos.  Dan pertanyaannya, siapa yang bertanggungjawab

Itulah yang tampaknya menjadi kerisauan Borak Milton. Karena itu kepada para wartawan ia menyangkal, bahwa Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Kalimantan Tengah mengirimkan SMS ke DPC dan PAC yang kemudian disebarkan secara berantai, memerintahkan pengurus turun ke ibu kota provinsi.

'Demo boleh, karena itu hak mereka. Demo boleh, tetapi tidak boleh anarkis,' kata Borak, sambil  berulang-ulang menegaskan tidak ada perintah dari partai.  Tampaknya, Borak sadar betul apa yang mungkin terjadi jika puluhan ribu massa turun ke kota. Borak sadar, salah-salah hal itu bisa merusak citra partai.

PDIP adalah pengusung tunggal pasangan WIBAWA. Apapun alasannya, jika ada pendukung WIBAWA berbuat onar, PDIP tak bisa lepas tangan begitu saja. Yang pasti, kita semua tidak mau, PDIP tidak memberikan pendidikan politik yang baik, yang santun, yang tertib, dan damai.

Berita Terbaru