Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Senjakala Primadona Angkutan Sungai Pangkalan Bun-Sukamara

  • 26 Februari 2016 - 23:22 WIB

SUASANA hening pada suatu senja hari mewarnai pelabuhan penumpang speedboat di tepian Sungai Arut, Kelurahan Raja,

Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Lima speedboat tampak sudah berjam-jam antre menunggu penumpang dengan ekstra sabar.   

'Speedboat kini kurang dilirik, penumpang lebih suka naik taksi darat,' kata Anil, yang sudah delapan tahun jadi motoris moda transportasi sungai itu. 

Kejayaan angkutan sungai jenis speedboat di Pangkalan Bun, memang tampak meredup. Hal ini seiring terbukanya akses darat poros Pangkalan Bun-Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam) sejak 2009.

Tadinya, speedboat menjadi primadona untuk rute Pangkalan Bun-Kabupaten Sukamara melalui Sungai Arut hingga perairan Tanjung Pengujan. Jumlah speedboat pun melimpah, mencapai 100 armada.

Kini barisan speedboat bisa dihitung dengan sepuluh jari tangan. Itupun seperti mati segan hidup tak mau, karena jumlah penumpang rata-rata tinggal 10 orang per hari. Padahal, sebelum terbukanya akses jalur darat, antrean penumpang berkisar 90 hingga 100 orang per hari.

Ketika itu, tidak sulit bagi motoris untuk meraup penghasilan Rp4 juta hingga Rp5 juta per bulan. Sekarang, untuk mengais Rp1,5 juta saja sangat sulit. 

''Kini jumlah menumpang menurun hingga 90% atau paling banyak sepuluh orang. Itupun satu rit, yaitu dari Sukamara lima orang dan dari Pangkalan Bun lima orang,' beber Anil.

Penumpang yang tersisa sedikit itu umumnya warga pesisir pantai Sukamara, seperti Pasir, Sukaraja, Damar hingga ke Kuala Jelai. Sementara mobil taksi dari Pangkalan Bun, sampai di jantung kota Sukamara.

Jalur darat lebih aman

Pertimbangan penum-pang, kini lebih merasa aman lewat darat ketimbang menghadapi risiko tenggelam di jalur sungai. Padahal, dari segi ongkos, speedboat dengan tarif Rp100 ribu lebih murah ketimbang taksi darat yang Rp150 ribu per orang. Sedangkan waktu tempuh relatif sama, yaitu sekitar 2 jam.

Bahkan, ketika jalur poros Pangkalan Bun-Kolam putus oleh banjir atau mengalami rusak parah, penumpang tetap lebih suka naik mobil travel jenis Toyota Innova atau Avanza meski harus memutar ke Kabupaten Lamandau. Mereka berani membayar ongkos ekstra menjadi Rp200 ribu dengan waktu tempuh empat jam. 

''Apalagi jika musim kemarau. Orang makin menghindari naik speedboat karena terjadi gelombang besar di laut dan angin kencang,' kata Anil.

Untuk menyiasati sepinya penumpang, driver speedboat putar otak mencari tambahan dengan mengangkut barang, termasuk boks styrofoam berisi ikan dan udang. Setiap speedboat mampu mengakut 15 boks ukuran 40x75 cm, tanpa penumpang. Tarifnya, Rp50 ribu per boks.

Di saat senjakala kejayaan primadona angkutan sungai itu, Anil sendiri bersiap untuk banting setir ke profesi lama, yaitu nelayan! (B-1)

Berita Terbaru