Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pustakawan GKE Banjarmasin Luncurkan Buku Sejarah Hidup dan Kepemimpinan Soeta Ono Berjudul Cahaya Arunika dari Dusun Timur

  • Oleh Agustinus Bole Malo
  • 11 September 2023 - 22:35 WIB

BORNEONEWS, Tamiang Layang - Pendeta Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) sekaligus Pustakawan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Banjarmasin, Hadi Saputra, didukung oleh Universitas Kristen Palangka Raya, PT PLN (Persero) dan Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) meluncurkan buku "Cahaya Arunika Dari Dusun Timur, Sejarah Hidup dan Kepemimpinan Soeta Ono" di GPU Mantawara Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur, Senin, 11 September 2023.

Buku yang bertutur tentang perjalanan hidup Soeta Ono tersebut merupakan lanjutan dari tesis Magister Teologi Hadi Saputra di Universitas Kristen Palangka Raya pada tahun 2014 tentang kepemimpinan karismatik orang-orang Paju Epat (saat ini menjadi bagian wilayah Kabupaten Barito Timur) pada masa silam.

"Awalnya dari situ ide itu muncul, kemudian saya buka literatur, semua literatur tentang kepemimpinan Paju Epat mengarah kepada satu sosok yaitu Soeta Ono," ungkap Hadi Saputra yang akrab disapa Hadi Miter saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku tersebut.

Dia menambahkan, sebelumnya telah sering mendengar nama Soeta Ono disebut namun tidak mengenal siapa Soeta Ono maupun kisah hidupnya.

"Saya mencoba mengumpulkan literatur secara pelan-pelan, lalu saya melakukan pendekatan historical atau sejarah dengan menggunakan studi pustaka, artinya saya menggunakan literatur perpustakaan sesuai di mana orang itu hidup," terang Hadi.

Menurutnya, salah satu yang menarik dari kisah hidup Soeta Ono yang pernah menjabat sebagai Kepala Distrik Siong (Districthoofd van Sihong) sekitar tahun 1845-1885, adalah saat pasca perang 1859 ketika Soeta Ono dengan percaya diri datang ke Banjarmasin sambi mengenakan Medali Militer Ordo William Kelas Empat di dada untuk menunjukkan bahwa dia bukan orang sembarangan. Pada masa itu   orang Eropa sekalipun belum ada yang menerima medali sejenis yang merupakan penghargaan tertinggi atas operasi militer paling sengit pada bulan November 1870 hingga Januari 1871 tersebut.

"Dia (Soeta Ono) datang ke Banjarmasin dan menemui Misionaris Van Hoven di sana dan mengatakan, tuan misionaris kirimkan misionaris ke kampung halaman saya, bawa pendidikan, didik mereka, buat mereka cerdas," tutur Hadi menirukan perkataan Soeta Ono.

Dari kisah itu Hadi Miter menilai sosok Soeta Ono bukanlah manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Menurutnya, Soeta Ono adalah pribadi yang berpikir jauh ke depan bahwa pendidikan itu dapat mengantarkan orang-orang di kampung halamannya menjadi orang terhormat.

"Karena itu saya menamakan tulisan saya ini Cahaya Arunika, pada pagi hari saat matahari terbit kita melihat cahaya matahari kemerah-merahan yang indah sekali (Arunika) muncul bersinar menerangi bumi, saya berpikir bahwa Arunika adalah cahaya yang tidak akan pernah habis karena setiap pagi akan muncul lagi. Demikian juga Soeta Ono, orangnya sudah meninggal tapi cahaya dan ceritanya itu bergaung dan bergetar sampai ke kita pada hari ini," ujar Hadi menjelaskan makna Cahaya Arunika pada judul buku.

Pada kesempatan itu dia juga mengungkapkan alasan lain yang mendorongnya untuk menyelesaikan penulisan buku tersebut yakni kalimat "Inilah Penghianat Perang Banjar" yang ditemukan tertulis pada gambar diri Soeta Ono di Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Berita Terbaru