Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Enam Jam Tanpa Henti Peringati Hari Tari Sedunia

  • Oleh Roni Sahala
  • 29 April 2016 - 20:30 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Katambung, alat musik khas Dayak seperti gendang mulai ditabuh, gong dan kecapi dimainkan. Bunyi-bunyian itu disambut oleh teriakan seperti burung oleh 18 penari yang berasal dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah untuk menyambut Hari Tari Sedunia, Jumat (29/4/2016) siang tepat pukul 14.00 WIB.

Ketua Panitia Penyelenggara kegiatan Ida Lestari Riwut mengatakan, Hari Tari Sedunia pertama kali diperkenalkan oleh International Dance Council (CID) sebuah lembaga mitra UNESCO di tahun 1982. Di Indonesia peringatan ini dilakukan pertama kali di Solo dan mempertunjukkan berbagai macam tarian selama 24 jam di setiap tanggal 29 April tiap tahunnya.

Ke-18 penari melakukan tarian khas Dayak dengan berbagai ragam. Mereka memulai tariannya sejak pukul 14.00 WIB sampai 20.00 WIB tanpa berhenti.

'Ini pertama kali di Palangka Raya dan di Kalimantan Tengah, ini semua dilakukan untuk memperingati hari tari sedunia dan menari adalah bagian dari kebudayaan Kalimantan,' ungkap Ida di sela-sela kegiatan.

Selama 18 penari melakukan berbagai ragam tarian, terdapat 25 sanggar, secara bergantian, menyuguhkan berbagai pertunjukkan di halaman Resto Tjilik Riwut, Kota Palangk Raya, Jalan Jendral Sudirman dikosongkan untuk menjadi panggung penari.

'Pesertanya beragam, ada anak-anak sampai orang dewasa dan semuanya penari,' ungkap Ida Riwut yang juga merupakan anak dari salah satu Pahlawan Nasional asal Kalteng Tjilik Riwut.

Tiap 20 menit para penari diperiksa tensi darah oleh petugas kesehatan. Mereka juga diberikan minum dan makanan sembari menari.

Jimmy, salah satu penari, sudah diberikan dua kali peringatan oleh petugas dokter karena tensi darahnya tinggi. Setelah diperiksa tensinya mencapai 178/107, namun ia masih merasa fit dan melanjutkan menari.

'Saya sudah komitmen untuk menyelesaikan tarian selama enam jam, jadi saya harus tuntaskan sampai selesai,' ungkap Jimmy yang memiliki Sanggar Tut Wuri Handayani.

Salah satu sanggar tertua di Kalimantan Tengah, Tingang Menteng Pahunjung, asal Kuala Kapuas juga ikut meramaikan kegiatan tersebut. Salah satu penarinya adalah Russella Narpan M. Apoi yang juga pendiri sanggar tersebut yang sudah berusia 68 tahun.

'Ibu saya sudah mulai menari sejak berumur 8 tahun jadi baginya menari itu jalan hidup,' ungkap Erliansyah (38) anak bungsu dari Russella.

Kemeriahan kegiatan Hari Tari Sedunia di Palangkaraya disambut baik oleh masyarakat dan pemerintah. Jalan Jendral Sudirman dipenuhi oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

'Ini membuktikan bahwa menari adalah bagian dari kehidupan mereka, kami ingin dengan adanya kegiatan  ini tarian Dayak tetap dilestarikan dan dikembangkan,' ungkap Ida. (RONI SAHALA/m)

Berita Terbaru