Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ini Beberapa Faktor Sampai Buaya Masuk Kawasan Padat Penduduk

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 20 Oktober 2016 - 12:53 WIB

BORNEONEWS, Kotawaringin Barat - Inilah beberapa faktor yang membuat buaya masuk ke kawasan sungai padat penduduk. Di antaranya, terjadi perubahan suhu serta berkurangnya ketersedian pakan di habitat aslinya. Selain itu bisa juga karena kondisi air sungai yang sudah tercemar akibat adanya aktivitas ilegal berupa penggunaan bahan berbahaya dan beracun seperti strum dan racun.

"Buaya yang muncul dan berani masuk kawasan di luar habitatnya, bukti bahwa ketersediaan makanan sudah sangat jauh berkurang. Kenapa yang muncul hanya satu Karena biasanya dalam kondisi seperti ini yang berani muncul adalah buaya yang dominan atau pemimpin di koloninya," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SKW II Pangkalan Bun, Agung Widodo di ruang kerjanya, Rabu (19/10/2016).

Satuan Polisi Air (Sat Polair) Polres Kotawaringin Barat akhirnya melibatkan pawang untuk mengevakuasi buaya yang selama dua hari ini meresahkan warga bantaran Sungai Arut, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Buaya berukuran lebih dari empat meter itu, sudah membahayakan warga bantaran di empat kelurahan, Mendawai, Mendawai Seberang, Raja dan Kelurahan Raja Seberang.

"Kami melibatkan pawang buaya karena menginginkan buaya tersebut tidak berada di permukiman padat penduduk.  Ya kita inginkan buaya tersebut jauh dari permukiman warga, untuk menggiring buaya tersebut keluar dari perairan padat penduduk untuk itu maka kami libatkan pawang," kata Kasat Polair Polres Kobar, AKP Wawan Ariananda, Rabu (19/10/2016).

Ia mengungkapkan bahwa pawang buaya tersebut adalah warga Kelurahan Raja, yang bernama Usu Thamrin. Wawan juga mengatakan bahwa pawang tersebut menjalankan misinya mengusir buaya muara tersebut Rabu (19/10/2016) malam.

Sat Polair Polres Kobar juga melakukan sosialisasi berupa himbauan kepada warga masyarakat bantaran sungai agar meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi aktifitas seperti mandi dan cuci di tepi sungai.

Himbauan serupa juga dilakukan oleh BKSDA SKW II Pangkalan Bun dengan memasang spanduk berisi himbauan agar masyarakat waspada terhadap kemunculan buaya dan tidak melakukan aktivitas berenang atau menyelam.

Saat ini jumlah buaya yang ada di Sungai Arut belum diketahui jumlahnya, namun selama ini kawasan Suaka Margasatwa (SM) Lamandau diyakini adalah area habitat asli berbagai jenis buaya.

Buaya-buaya tersebut mempunyai waktu-waktu tertentu saat bersikap agresif yaitu pada saat pagi hari, sore serta malam hari karena saat itulah waktu bersantap buaya. Berbanding terbalik saat siang hari atau saat cuaca panas justru buaya ini malas melakukan aktifitas, mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk berjemur di gosong atau daratan.

Waktu tersebutlah dimanfaatkan oleh BKSDA SKW II untuk melakukan pemantauan keberadaan buaya. Mereka memperkirakan buaya tersebut berada di Karang Anyar 7 kilometer dari Mendawai. " Kita juga akan menyiapkan jebakan yang terbuat dari kerangkeng besi berbentuk bujur sangkar yang di dalamnya kita kasih umpan," beber Agung.

Menurutnya untuk menangkap buaya tersebut sangat sulit dilakukan apalagi dalam air kekuatan buaya menjadi berlipat, yang paling tepat dan dirasa memungkinkan dilakukan adalah saat buaya sedang berjemur, ditangkap menggunakan alat berupa tali yang dipasang di ujung kayu. "Saat buaya itu menggigit, tali yang sudah disimpul tinggal ditarik dan mengikat moncongnya. Tapi sulit mencari keberadaannya apalagi kalau ditembak tidak mungkin karena tebal kulitnya." 

Sementara itu keberadaan buaya di sungai Arut sejak dua hari ini dan adanya himbauan dari Sat Polair Polres Kobar membuat warga enggan untuk beraktivitas di sungai. Walau begitu trasnportasi air seperti getek masih beroperasi seperti biasa. (KOKO SULISTYO/N).

Berita Terbaru