Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Distanak Kotawaringin Barat Redam Inflasi dengan Budidaya Cabai

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 15 November 2016 - 13:23 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pengembangan budidaya tanaman cabai diyakini mampu meredam inflasi di Kabupaten Kotawaringin Barat. Sebabnya, saat ini harga cabai rawit merah di pasar tradisional sudah mencapai Rp75 ribu per kilogram. Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kobar mengembangkan cabai merah lokal seluas 40 hektare.

"Harga cabai saat ini sudah tinggi, untuk meredam inflasi maka upaya yang dilakukan, dengan pengembangan budidaya cabai," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kotawaringin Barat, Rosehan Pribadi di ruang kerjanya, di Pangkalan Bun, Senin (14/11/2016).

Ia menjelaskan, saat ini Distanak memprioritaskan pengembangan budidaya cabai seluas 40 hektar itu di Desa Kubu, Teluk Bogam, Kelurahan Candi Kecamatan Kumai, Desa Pasir Panjang, Kelurahan Madurejo, Mendawai,  Desa Kumpai Batu Bawah dan Desa Natai Raya di Kecamatan Arut Selatan. Selain itu empat desa di Kecamatan Pangkalan Lada serta satu di Pangkalan Banteng dan satu desa di Kecamatan Kolam juga sedang dalam pengembangan budidaya tanaman serupa.

"Dalam satu batang cabai rawit memerlukan lima ribu untuk perawatan dari bibit hingga panen, dan dalam satu hektare ada sekitar 16 ribu batang pohon cabai rawit merah, sehingga dana total dalam perawatan cabai satu hektare Rp80 juta," beber Rosehan.

Apabila dalam pemeliharaan tanaman cabai merah baik pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit maka diperkirakan cabai rawait merah lokal akan memasuki masa panen pada bulan Januari atau Pebruari tahun 2017 dengan prediksi produksi antara 4 hingga 5 ton perhektare, tergantung situasi dan kondisi iklim di Kobar.

Ia mengaku saat ini untuk budidaya cabai merah Distanak mempunyai demplot. Sementara pada tahun 2017 mendatang ada sekitar 50 hektare cabai dan 50 hektar bawang merah yang dianggarkan melalui APBN. 

Walau begitu, budidaya tersebut bukan tanpa kendala terutama persoalan kelembaban yang cukup tinggi diakibatkan karena curah hujan di Kabupaten Kotawaringin Barat akhir-akhir ini intensitasnya meningkat.

Ia mengakui selama ini Kabupaten Kobar belum bisa mandiri untuk komoditas cabai rawit merah, untuk mencukupi kebutuhan domestik masih mengandalkan pasokan dari pulau Jawa. Untuk itu pihaknya saat ini berusaha mengurangi kebutuhan cabai rawit merah dari luar Kobar dengan cara mengembangkan cabai lokal.

" Ini kita lakukan seperti yang saya bilang tadi untuk menekan dan mengerem laju inflasi maka kita kurangi kebutuhan cabai dari luar dengan mengembangkan sendiri di daerah," tutup dia. (KOKO SULISTYO/N).

Berita Terbaru