Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kampanye Negatif Sawit di UE Kian Masif

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 18 Januari 2017 - 11:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kampanye negatif terhadap kelapa sawit semakin intens dengan aksi boikot sejumlah negara Uni Eropa terhadap Nutella, produk selai milik Ferrero, yang masih menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku utama.

"Adanya kampanye anti sawit di Uni Eropa terjadi karena sebagian besar masyarakat di sana telah termakan isu kesehatan tentang produk makanan yang menggunakan sawit. Kondisi sekarang ini tidak mudah bagi para pelaku industri kelapa sawit," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, kepada pers di Jakarta, Rabu (18/1/2016).

Sahat khawatir, semakin masifnya kampanye negatif terhadap sawit bisa menurunkan konsumsi minyak sawit yang otomatis berdampak pada ekspor.

"Pada tahun lalu, ekspor minyak sawit ke Uni Eropa hanya 3,3 juta ton atau turun drastis dari realisasi 2015. Ekspor minyak sawit ke Uni Eropa sebagai bahan baku makanan seperti tidak lagi relevan dengan banyaknya isu negatif," papar dia.

Para eksportir sawit, lanjut Sahat, akan mendorong ekspor minyak sawit dalam bentuk biodiesel atau oleochemical untuk industri non pangan. Strategi inilah yang akan dicoba untuk tetap eksis menembus pasar Uni Eropa yang dikenal sebagai konsumen yang rumit dan kritis.

"Kami juga akan mencari pasar alternatif apabila pasar Uni Eropa tetap tidak bersahabat dengan minyak sawit di tahun ini, yakni dengan menyasar pasar baru di Timur Tengah dan Afrika," ujar Sahat.

Sebelumnya, badan pengawas keamanan makanan Eropa (EFSA) menyebutkan sawit berpotensi mengandung kontaminan karsinogenik, yang merupakan pemicu kanker.

Potensi itu muncul ketika minyak nabati yang berasal dari sawit diolah dengan suhu melebihi 200 derajat Celcius. Untuk itu, EFSA merekomendasikan konsumen untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung minyak nabati sawit.

Salah satu pihak yang meradang akibat hasil studi EFSA itu adalah Ferrero, perusahaan makanan dan minuman asal Italia yang memproduksi beragam produk, salah satunya selai hezelnut dan cokelat bermerek Nutella. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru