Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ketua Komisi II DPRD Lamandau Ungkap Sengkarutnya Pembangunan Akses Jalan Nanga Bulik - Sungai Mentawa

  • Oleh Hendi Nurfalah
  • 21 Februari 2017 - 22:21 WIB

BORNEONEWS, Nanga Bulik - Ketua Komisi II DPRD Lamandau, Gujaliansyah, Selasa (21/2/2017), mengungkapkan tentang sengkarutnya proses pembangunan jalan khususnya akses Nanga Bulik-Desa Bunut-Desa Sungai Mentawa, setidaknya dalam kurun waktu dua tahun anggaran yakni 2015 - 2016.

Selain tidak mendapatkan slot anggaran yang besar, buruknya perencanaan dari dinas terkait dinilai turut berdampak pada kian parahnya ruas jalan didaereh tersebut.

Menurutnya, pembangunan akses jalan Nanga Bulik-Bunut-Sungai Mentawa, dipastikan selalu masuk pada usulan murrenbang. Bahkan sejak musrenbangdes dan musrenbang kecamatan.

"Kami juga tahu karena usulan pembangunan jalan Nanga Bulik-Bunut-Sungai Mentawa ini kami kawal sejak dari pengusulan. Tapi ujung-ujungnya selalu terbentur dengan ketersediaan anggaran (APBD), sehingga meskipun lolos dengan didahului pembahasan yang alot antara eksekutif dan legislatif, anggarannya tidak banyak," terang politisi PPP tersebut.

Parahnya lagi, kata dia, meskipun ada pekerjaan pembangunan jalan dengan proses bertahap karena menyesuaikan anggaran, ternyata dinilai ada kesalahan fatal pada perencanaan dan juga teknis pengerjaannya. 

"Seharusnya perencanaan dinas PU itu jeli, sudah tahu dananya sedikit, eh yang didahulukan ditimbun (pekerjaan peningkatan jalan) justru spot-spot yang rendah. Otomatis di musim hujan timbunan itu kembali tergerus air, dan bahkan seperti saat ini, jalanan menjadi lebih hancur dan tidak dapat dilewati," katanya.

Dirinya menilai, jika saja Dinas PU itu jeli, harusnya proses perencanaan tahapan pekerjaannya dapat disesuaikan. Misalnya, dengan mendahulukan pekerjaan peningkatan jalan atau latrit akses Bunut-Sungai Mentawa, serta tentukan spot-spot aman dulu. Setelah ada anggaran besar, barulah spot-spot yang parah-parah itu dikerjakan dengan benar hingga selesai.

"Kalau seperti dua tahun anggaran ini, yang ada anggaran ratusan juta menjadi mubadzir. Jalan yang telah ditimbun justru tambah hancur berantakan," bebernya. (HENDI NURFALAH/B-11)

Berita Terbaru