Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kakek Tuna Netra Ini Tetap Memulung untuk Bertahan Hidup

  • Oleh Koko Sulistyo
  • 22 Februari 2017 - 10:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Aktivitas di Jalan Swadaya, Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, pagi itu sekitar pukul 06.30 WIB belum begitu padat. Seorang kakek renta berjalan sembari menarik gerobak berisi botol plastik bekas air mineral.

Sesekali langkah kecilnya terhenti oleh komando sang istri yang setia menemani. Tangannya yang keriput menjumput botol plastik yang tergeletak di jalan dan melemparkan ke dalam gerobaknya yang sudah reot.

Begitulah aktivitas Kai Hamid setiap hari. Botol-botol bekas tersebut ia ubah menjadi rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski kakek berusia 74 tahun itu seorang tuna netra, semangatnya untuk mencari nafkah tidak pernah pudar.

Ditemani istri tercintanya, Enor, sebagai penunjuk jalan, kakek kelahiran 1 Mei 1942 itu mendorong gerobak, mengais sampah sisa makanan dan minuman plastik dari satu tempat pembuangan sampah ke tempat pembuangan sampah yang lain.

Dalam sehari memulung, Kai Hamid dan Enor hanya mampu menghasilkan sampah bernilai ekonomis rata-rata 2,5 kilogram. Jika dirupiahkan, hanya menghasilkan Rp3.000 dengan perhitungan harga jual Rp1.500 per kg.

Penghasilan yang jauh dari kata layak untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua. Karena harga beras saja sudah mencapai Rp10 ribu per kg. Meski begitu, mereka tidak putus asa. "Penghasilan kami tidak seberapa, jadi kami mendapat bantuan Rastra dari desa, kadang juga kami mendapat sedekah ala kadarnya dari para tetangga," papar Kai Hamid di kediamannya yang berdinding papan tua dan beratap seng berkarat, Jalan Swadaya, RT 02, Desa Sungai Kapitan.

Walau tinggal di gubuk reot dengan status tanah yang masih menumpang milik tetangga itu, sepasang suami istri yang tidak dikaruniai anak itu menjalani hidup dengan penuh syukur. (KOKO SULISTYO/B-2)

Berita Terbaru