Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

PERNIKAHAN GAIB

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 23 Februari 2017 - 21:57 WIB

WARGA Kalimantan Tengah, khususnya Katingan, beberapa hari terakhir dihebohkan oleh berita yang penuh sensasi. Dibilang sensasi, karena berita itu mengganggu kenyamanan akal sehat. Dibilang sensasi, karena meski tak masuk akal tapi secara nyata ada. Apa itu Yaitu rencana pernikahan seorang perempuan bernama Sri Baruna Jagat Prameswari dengan tokoh gaib yang biasa disebut Panglima Burung.

Pernikahan itu akan dilangsungkan secara adat di kediaman seorang Damang Kepala Adat Katingan Tengah, Isay Judae di Desa Telok, Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan. Sensasi itu semakin menjadi-jadi ketika tersebar luas undangan untuk hadir di acara adat itu. Dan yang diundang, mulai dari tokoh adat dan pemerintahan tingkat lokal hingga nasional. Bahkan Gubernur Kalimantan Tengah dan Presiden Joko Widodo juga diundang!

Hajatan pernikahan itu sendiri akan dilangsungkan pada Selasa, 28 Februari 2017 nanti. Mempelai wanita, Sri Baruna Jagat Prameswari memang dikabarkan sebagai sesosok manusia berjenis kelamin wanita. Pemberi restu pernikahan itu, dari pihak mempelai wanita adalah dua tokoh spiritual yang bernama Mbah Gini Karyo Redjo, asal Dusun Ngenthak yang berada di kaki Gunung Merapi. Satu lagi yang disebut adalah Ida Pandito Mpu Katek Dwipayogi dari Bali. Sementara dari pihak mempelai pria, yang memberi restu adalah Keluarga Besar Panglima Burung.

Lepas dari sensasi dan kontroversi, rencana hajatan pernikahan demikian, sebagai sebuah kearifan lokal, sangat dihormati. Sebagaimana disebutkan, dalam tradisi kebudayaan Dayak, pernikahan secara gaib atau mistik demikian lazim terjadi. Demikian pula jika Sri Baruno Jagat Prameswari berasal dan berakar dari budaya Jawa, maka juga lazim adanya.

Hanya saja, pernikahan gaib demikian umumnya dilakukan ritual secara sederhana, bahkan ada yang melakukannya secara diam-diam. Kali ini, pernikahan Sri Baruno dengan Panglima Burung dilakukan besar-besaran, hingga mengundang Gubernur dan Presiden. Meski, disadari dari awal oleh si pengundang, kedua pejabat tersebut belum tentu hadir.

Dalam khazanah budaya, peristiwa ini bisa dipahami sebagai bagian dari kearifan lokal. Yang, setiap generasi ke generasi hendaknya bisa mewarisi. Sebagaimana dihayati, aspek kebudayaan ada yang sakral dan ada yang profan. Ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan.

Damang Kepala Adat Katingan Tengah Isay Djudae memahaminya dalam konteks yang lebih konkrit dan riil. Dikatakannya, perkawinan antara Sri Baruno Jagat Prameswari dengan Panglima Burung, sarat dengan makna simbolik. 'Maksud dan tujuan pernikahan tersebut mempererat persatuan dan kesatuan antara suku Jawa dan Dayak. Apabila secara logika manusia, mungkin ini di luar nalar, tapi memang begitu adanya,' kata Isay sebagaimana dikutip media online borneonews.co.id.

Jelaslah kita maknai, pernikahan demikian, merupakan bagian dari khazanah budaya. Memberi pencerahan kepada kebhinekaan, kerukunan, kedamaian serta kesatuan-persatuan. Kiranya juga memperluas dan memberi bobot semangat Huma Betang!

*)Edisi cetak editorial ini bis dibaca di Harian Palangka Post

Berita Terbaru