Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Aneh, Harga Selangit, tapi Petani Cabai Malah Merugi

  • 28 Februari 2017 - 18:44 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Harga cabai masih selangit, mencapai Rp130 ribu per kilogram (Kg). Namun, mahalnya harga cabai tidak berimbas pada kesejahteraan petani cabai di Kalimati Lama Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sebaliknya, petani cabai justru merugi.

Pasalnya, cuaca ekstrim yang menjadikan harga cabe semakin pedas juga berdampak pada hasil pertanian mereka. Petani banyak yang mengalami gagal panen. Akibatnya, para petani cabai di Bumi Marunting Batu Aji menurun drastis.

"Harga (cabai) memang tinggi, tetapi hasil panen kami sangat rendah. Banyak membusuk dan rontok, kalau dihitung-hitung kami malah rugi," terang Nurwanto (47) kepada Borneonews, Selasa (28/2/2017).

Nurwanto merinci, dengan 2.000 batang pohon cabai, ia biasanya mampu memanen 120 Kg per minggu. Sedangkan saat ini, para petani di Kalimati Lama hanya mampu memanen maksimal 10 Kg per minggu. Kondisi itu dialami karena curah hujan dan suhu panasnya terlalu tinggi.

Ia menghitung, dengan harga normal Rp40 ribu per Kg, mereka akan menghasilkan Rp4,8 juta setiap minggu. Sedangkan saat ini harga cabe Rp130 ribu dengan hasil panen 10 Kg hanya menghasilkan Rp1,3 juta. Hasil itu belum dipotong ongkos beli bibit, pupuk dan tenaganya.

"Dengan hasil seperti saat ini, tentu kami sangat merugi. Belum lagi dengan kualitas panen yang buruk," bebernya.

Terkait harga pasaran yang mencapai Rp200 ribu per Kg, ia menanggapi dingin dan mengaku tidak tahu menahu. "Saya jualnya ke tengkulak, tidak tahu kalau harga para pedagang segitu. Mungkin biaya transportnya tinggi, entahlah," tandas Nurwanto.  (FAHRUDDIN FITRIYA/B-2)

Berita Terbaru