Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sensasi Berkemah di Tanjung Keluang

  • Oleh Wahyu Wulandari
  • 21 Maret 2017 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Satu lagi hal menarik yang wajib dilakukan di Tanjung Keluang. Berkemah. Setelah seharian bermain, berenang dan gagal mencicipi sunset akibat langit yang berawan, Tim Borneonews mulai bersiap-siap menikmati malam di Tanjung Keluang.

Setelah makan malam, kami memilih bergabung dengan panitia gathering. Mereka mulai mempersiapkan tempat tidur gantung. Para pecinta travelling menyebutnya hammock. Sementara para peserta gathering mulai membuat api unggun untuk penerangan di pinggir pantai.

Saat ditanya mengapa memilih tidur di hammock daripada di tenda, Ayu salah satu panitia pelaksana gathering dari Tritips Outbond and Adventure (TOA) mengaku tidak bisa tidur nyenyak di tenda karena dulu pernah disengat kelabang.

"Kelabang biasanya lebih suka tempat yang berisi banyak makanan, makanya pastikan jangan ada makanan yang terbuka di dalam tenda," nasehatnya kepada Tim Borneonews.

Malam itu bulan bersinar terang, pantulan cahayanya menerangi Tanjung Keluang yang memang pasokan listriknya terbatas. "Listrik memang dibatasi di sini agar penyu-penyu yang singgah untuk bertelur tidak disorientasi. Pasalnya sinar bulan lah yang memandunya ke pesisir untuk bertelur," jelas Siswanto salah satu staf TWA Tanjung Keluang sekaligus owner TOA.

Menurutnya, kemungkinan besar malam itu tidak akan ada penyu yang naik mengingat tenda-tenda diterangi oleh lampu. Namun hal ini tidak menjadi masalah, karena hanya satu area saja yang diterangi cahaya buatan.

Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam saat hiburan akustik dimulai. Kami pun ikut larut dalam musik yang mengalun. Sambil sesekali bertepuk tangan. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Bernyanyi di pinggir pantai, ditemani angin laut yang tenang malam itu. Beruntung udara terasa hangat sehingga tidak perlu menggunakan jaket tebal. Baju berlengan panjang saja sudah cukup. Sayang tidak banyak bintang yang terlihat.

"Biasanya dingin, tapi malam ini lebih hangat, padahal sudah bawa jaket tebal dan selimut. Tapi baguslah malam ini tidur di hammock nggak kedinginan," sela Ayu.

Malam semakin larut, kami berencana tidur di kursi panjang di dekat hammock-hammock yang bergantungan. Sambil ngobrol dan mengunyah wafer coklat, tak terasa akustik mulai berhenti. Satu per satu peserta gathering memasuki tenda untuk bersiap-siap tidur. Kursi panjang ternyata tidak muat untuk dua orang. Akhirnya kami nemilih tidur di tenda. Sambil sesekali bangun memeriksa apakah ada kelabang yang menyelinap masuk tenda. (WAHYU WULANDARI/B-2)

Berita Terbaru