Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Anak Muda Katingan Ini tak Terima Minum di Acara Adat Disebut Mabuk-Mabukan

  • Oleh Testi Priscilla
  • 07 April 2017 - 09:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Ricardo Howard tersinggung acara minum minuman keras dalam pesta perkawinan adat Dayak disebut mabuk-mabukan. Anak muda kelahiran Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Katingan ini geram saat budayanya diusik. Menurutnya. mabuk-mabukan di acara pesta pernikahan adat Dayak bagi orang Katingan dari turun temurun itu hal lumrah.

"Mengenai mabuk-mabukan di tempat acara pesta pernikahan. Siapapun oknumnya, entah pejabat atau masyarakat biasa, bagi orang Katingan dari turun temurun itu hal yang Lumrah. Di sinilah esensinya bukan mabuk-mabukan. Tidak bisa itu dikatakan mabuk-mabukan," ungkap Ricardo Howard, Staf Ahli anggota DPR RI asal Kalimantan Tengah, Hj Agati Sulie Mahyudin kepada Borneonews, Jumat (7/4/2017).

Ricardo dalam kapasitasnya sebagai anggota Komunitas Folks Of Dayak (FOD) dan Sobat Budaya Nusantara angkat bicara, menanggapi ramainya pemberitaan atas foto Wakil Bupati dan Ketua DPRD Katingan dalam sebuah acara perkawinan adat Dayak. Caption foto yang beredar di media sosial itu, dituliskan bahwa kedua pejabat publik ini sedang mabuk-mabukan.

Biasanya, dalam acara seperti itu, para tetamu dari berbagai kalangan disuguhi minuman keras lokal baram, atau bisa juga malaga. Media, baik konvensional maupun daring, kemudian memberitakan foto dua pejabat teras Katingan itu secara besar-besaran. Katingan memang akhir-akhir ini menjadi primadona pemberitaan sejak Bupatinya diramaikan selingkuh, dan menjadi urusan DPRD, dengan membentuk pansus lalu memutuskan pemakzulan, yang kini ditangani Menteri Dalam Negeri.

Makin ramai saja  setelah seorang ketua organisasi pemuda di Katingan, kemudian menyamakan kasus bupati itu, dengan tindakan Wakil Bupati dan Ketua DPRD Katingan di acara pesta pernikahan adat tersebut. Karena menganggap bobotnya sama, ketua ormas pemuda itu, menuntut DPRD setempat juga membentuk pansus dan mengusutnya secara tuntas.

Kondisi yang bisa menjurus pada ketidakstabilan politik di kota kelahirannya itulah yang mendorong Ricardo Howard mengungkapkan keprihatinannya. Pria asli Katingan ini, bukan sembarang anak muda. Profesinya sebagai staf ahli  anggota DPR RI, Jakarta memungkinkannya mengkritik saat urusan adat dan budaya disangkutpautkan dengan urusan politik.

"Saya klarifikasi ini tidak ada kepentingan apa-apa. Hanya prihatin jika minum di tempat acara pernikahan adat dianggap mabuk-mabukan. Kecuali oknum pejabat ini minum minuman di bar, club dan lainnya. Jika ada pejabat publik melakukannya, itu sudah lain lagi ceritanya," tutup Ricardo yang sedang menulis buku tentang Adat Katingan. (TESTI PRISCILLA/N).

Berita Terbaru