Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Moratorium Lahan Sawit Justru Perparah Deforestasi

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 20 April 2017 - 14:20 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perkebunan kelapa sawit selama ini selalu dituding sebagai pemicu deforestasi. Padahal jika dilakukan moratorium perluasan lahan sawit, deforestasi akan semakin meluas.

Hal itu mengacu pada data statistik yang disajikan Oil World, yang menyebutkan lahan yang dipakai untuk tanaman kedelai selama 2010-2015 tercatat empat kali lebih luas ketimbang area tanam kelapa sawit. Ekspansi perkebunan sawit membutuhkan 4,4 juta ha, diikuti oleh rapeseed seluas 3,8 juta ha dan bunga matahari 0,5 juta ha.

Pada 2016, kedelai kembali menjadi komoditas yang paling banyak memakan lahan, yakni mencapai 120,2 juta ha. Luas lahan itu setara dengan 61% dari total lahan yang dibutuhkan untuk perkebunan sawit, rapeseed, kedelai dan bunga matahari, yang mencapai 196.470 ha. Rapeseed berada di posisi kedua dengan menyerap 17% dari total area, diikuti oleh bunga matahari sebesar 13%. Sedangkan sawit membutuhkan lahan paling kecil, yakni hanya 9% dari total area tanam.

Disebutkan juga bahwa sawit memiliki produktivitas tertinggi di antara komoditas minyak nabati pesaing, yakni mencapai 39% dari total produksi minyak nabati dari keempat komoditas tersebut. Sebaliknya, meski membutuhkan lahan terluas, tapi produksi minyak kedelai hanya 34% dari total produksi keempat komoditas tadi.

Nah, jika dihitung secara tahunan dengan kebutuhan lahan yang sama untuk menghasilkan minyak nabati antara kelapa sawit, kedelai, rapeseed dan bunga matahari, menunjukkan bahwa sawit dapat menghasilkan 4,0 ton/ha, dibandingkan dengan 0,75 ton/ha untuk rapeseed, 0,63 ton/ha untuk bunga matahari dan 0,39 ton/ha untuk kedelai.

Berbicara tentang deforestasi, jika dilakukan moratorium perluasan area tanam sawit, maka jumlah lahan hutan yang hilang akan semakin besar. Artinya, deforestasi akan semakin meluas meski lahan sawit tak boleh dikembangkan lagi.

Sebuah studi menunjukkan bahwa meski dilakukan moratorium jangka pendek terhadap ekspansi lahan sawit mulai 2013 hingga 2023, akan memicu dampak drastis terhadap kehilangan area hutan.

Studi tersebut memperkirakan akan ada tambahan 8,8 juta ha lahan sawit, 29,2 juta ha kedelai, 17,7 juta ha rapeseed dan 3,3 juta ha bunga matahari pada 2023, yaitu ketika masa moratorium berakhir.

Namun, jika moratorium lahan sawit diperpanjang, dengan artian area sawit tak bertambah, maka kebutuhan minyak nabati hanya akan bergantung pada kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Jika kedelai sendiri untuk memenuhi kekurangan kebutuhan minyak nabati yang sebelumnya dipasok sawit, maka akan dibutuhkan 97 juta lahan baru.

Sementara jika rapeseed yang dipakai untuk menutupi kekurangan pasok tersebut, akan dibutuhkan area tanam baru seluas 58 juta ha, dan untuk bunga matahari akan membutuhkan tambahan 49 juta ha.

Jadi, jika melihat hitung-hitungan di atas, moratorium lahan sawit hanya akan semakin memperluas hilangnya area hutan (deforestasi), yang berkisar antara 40 hingga 68 juta ha, dibandingkan dengan hanya 8,8 juta ha jika tak ada moratorium. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru