Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Indonesia-Malaysia Sudah Punya Sertifikasi Sawit, Kurang Apa Lagi

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 19 Mei 2017 - 12:46 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Sepertinya perlu penjelasan lebih rinci dan promosi besar-besaran agar masyarakat Barat paham bahwa industri sawit Indonesia dan Malaysia sudah menerapkan praktik berkelanjutan.

"Dengan begitu (penjelasan lebih komprehensif), diharapkan tak ada lagi tudingan-tudingan negatif yang selalu menyudutkan industri sawit Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia)," kata seorang pelaku pasar di Jakarta, Jumat (19/5/2017), menyikapi rencana pertemuan delegasi menteri Indonesia dan Malaysia dengan Parlemen Uni Eropa bulan depan.

Menurut pelaku pasar yang tidak bersedia diungkap identitasnya itu, sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sudah diluncurkan pada 2011, dan sudah diakses sejumlah perusahaan sawit besar berskala internasional.

"Ini menjadi bukti bahwa sudah banyak perusahaan sawit yang beroperasi di Indonesia dan Malaysia yang sudah menerapkna praktik berkelanjutan, sehingga produk yang dihasilkan juga sudah terbukti aman, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan," ucapnya.

Sementara itu, sertifikasi Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) akan menjadi bukti untuk meyakinkan konsumen dan peritel global bahwa minyak sawit asal negeri jiran itu dihasilkan dari perkebunan sawit yang berkelanjutan.

Adapun sertifikasi pertama di bawah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) diperkenalkan pada 2004 dan diikuti dengan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada 2011.

Bagi perusahaan perkebunan sawit Malaysia, banyak dari mereka yang sudah mendapatkan sertifikasi RSPO dan ISPO sekaligus sehingga produk mereka mampu menembus pasar Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Amerika Utara. Pemerintah Malaysia sendiri menargetkan sertifikasi MSPO akan diwajibkan bagi seluruh pemangku kepentingan di industri sawit pada akhir 2019.

Dari gambaran itu, terlihat jelas bahwa apa yang dituduhkan oleh Barat terhadap industri perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia tidak didasarkan pada fakta di lapangan. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru