Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

GAPKI: Kampanye Negatif Sawit Juga Muncul dari Dalam Negeri

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 02 Juni 2017 - 12:50 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit nasional juga datang dari dalam negeri.

"Berbagai isu negatif tersebut antara lain terkait kebakaran hutan, pengelolaan lahan gambut, penguasaan segelintir korporasi besar atau konglomerasi dalam sektor perkebunan kelapa sawit nasional. Kemudian terkait suku asli, hak masyarakat adat dan ulayat, isu pertahanan dan tata ruang wilayah, ketenagakerjaan, dan berbagai isu sosial lainnya," kata Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, di Jakarta, Jumat (2/6/2017).

Terkait kampanye negatif di dalam negeri, menurut Joko, Indonesia harus iri dengan Malaysia karena negeri jiran tersebut seirama antara kebijakan pemerintah dengan parlemennya.

"Seluruh kelompok masyarakat di Malaysia satu suara mendukung penuh keberadaan dan keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit sebagai motor penggerak perekonomian negara. Kami memahami, butuh waktu mencapai sinergi yang diimpikan seperti di negara tetangga, caranya semua pihak saling mendukung, menunjukkan hal positif dari keberadaan sawit," papar dia.

Berdasarkan data Oil World pada tahun lalu, konsumsi minyak nabati dunia mencapai 177 juta juta ton dengan rerata tambahan kebutuhan konsumsi mencapai 5 juta ton per tahun. Kebutuhan konsumsi tersebut antara lain dipenuhi oleh minyak sawit sebesar 64 juta ton, soyabean 53,15 juta ton, rapeseed 27,65 juta ton, minyak bunga matahari 15,55 juta ton, dan sisanya oleh minyak nabati lain seperti kacang, kelapa, dan zaitun.

Bahkan di Amerika dan Uni Eropa, saat ini ada lebih dari 100 jenis produk makanan dan berbagai produk consumer goods non pangan seperti kosmetik, pasta gigi, deterjen, dan banyak lagi, yang berbahan baku minyak sawit. Saat ini hingga mungkin 20 tahun lagi, industri consumer goods yang berbasis di Amerika dan negara-negara Eropa Barat masih akan sangat menggantungkan keberlangsungan usahanya dengan bahan baku minyak sawit.

Dibandingkan tanaman minyak nabati lain, produktivitas sawit adalah yang tertinggi, yaitu 3,5 ton minyak sawit per hektare per tahun. Dengan produktivitas yang tinggi tersebut, hanya dengan lahan seluas 20 juta hektare di seluruh dunia, perkebunan kelapa sawit bisa menghasilkan minyak nabati lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pesaing.

Tahun lalu, produksi minyak sawit dunia mencapai 60,5 juta ton atau menguasai pangsa pasar 29,4% dari total produksi minyak nabati dunia. Bandingkan dengan soybean (kedelai) yang menguasai lahan 121,9 juta hektare, hanya menghasilkan 51 juta ton atau 24,8% dari total produksi minyak nabati dunia.

Joko menambahkan, guna memenuhi pertambahan kebutuhan minyak nabati dunia setiap tahunnya, hampir seluruh perkebunan minyak nabati melakukan ekspansi lahan. Dalam kurun waktu 2012 hingga 2016, data dari Oil World menyebutkan ekspansi lahan untuk perkebunan kedalai mencapai 16,29 juta hektar, sementara dalam kurun waktu yang sama, ekspansi perkebunan kelapa sawit di dunia mencapai 3,1 juta hektare.

"Guna memenuhi pertambahan kebutuhan konsumsi minyak nabati dunia dengan tetap menahan laju deforestasi, mengembangkan perkebunan kelapa sawit lebih baik dibandingkan dengan mengembangkan perkebunan kedelai atau tanaman minyak nabati lainnya," ujar Joko. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru