Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ekspor Minyak Sawit RI September Diestimasi Turun

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 16 Oktober 2017 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menyatakan ada kemungkinan jumlah ekspor sawit pada September tahun ini justru mengalami penurunan.

"Penyebabnya adalah penetapan tarif bea masuk CPO yang ditetapkan India dua kali lipat dari 7,5% menjadi 15%. Mereka memang akan tetap mengimpor, tetapi tergantung bagaimana panen kedelai di sana, apakah parah karena terkendala musim kering," kata Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga, di Jakarta, Senin (16/10/2017).

Sahat menilai, meningkatnya jumlah ekspor bulan Agustus merupakan pemesanan yang sudah dilakukan sejak bulan-bulan sebelumnya.

"Ekspor Agustus itu sudah dijual Mei, bukan bulan itu saja. Jadi kalau sudah ada komitmen, buyer harus tetap membeli dan saya rasa dampaknya baru akan ada di September atau Oktober," papar dia.

Peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia juga disumbang oleh permintaan dari Tiongkok pada Agustus yang meningkat sebesar 169% dari bulan Juli atau dari 167.280 ton menjadi 449.200 ton.

"Permintaan di Tiongkok memang cukup besar mengingat gagal panen kedelai yang mereka alami. Jumlah ekspor dari Tiongkok tergantung dari posisi stok bahan baku minyak nabati yang mereka miliki," ujar Sahat.

Sahat menambahkan, sampai saat ini pasar ekspor minyak sawit Indonesia yang paling besar adalah India, yang disusul oleh Tiongkok, Eropa, dan Pakistan.

"Amerika Serikat masih kecil, mereka lebih banyak mengimpor dari Malaysia dan negara penghasil minyak sawit lainnya," pungkasnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru