Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Persatuan Umat

  • 18 Januari 2016 - 22:28 WIB

Haji Abdul Rasyid dalam rapat konsolidasi ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) se-Kalimantan Tengah, Senin (18/01/2016), menyerukan pentingnya persatuan umat. Seruan ini terang-benderang menjawab tantangan dan persoalan yang saat ini kita hadapi bersama.

Umat Islam di sana-sini menghadapi berbagai tantangan fragmentasi. Terpecah-pecah, terbelah-belah oleh berbagai kepentingan sempit.  

'Sudah saatnya bersatu dan mulai tunjukkan sekarang. Jika tidak, maka umat akan semakin tergerus karena selalu saja pecah. Pilihlah pemimpin yang bisa membawa perubahan yang lebih baik untuk umat,' seru pengusaha asal Pangkalan Bun itu, tegas.

Harus diakui, umat Islam Kalimantan Tengah selama ini terkotak-kotak, tercerai-berai. Mengapa Karena dibawa dan bahkan diciptakan oleh para pemimpinnya yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Mengapa demikian Karena para pemimpin umat memiliki patron sendiri-sendiri.

Saat ini, Nahdlatul Ulama menemukan momentum yang tepat. Di awal tahun yang baik ini,  organisasi ini menyadari pentingnya silaturahim antar tokoh dan pemimpin ummat di level menengah (mediocre).  Dan silaturahim para tokoh di level mediocre inilah yang diharapkan bisa mendekatkan umat untuk bersatu.

Hanya saja, para tokoh di tingkat mediocre atau middle level akan bisa bersatu jika di Kalimantan Tengah memiliki tokoh utama yang bisa berperan sebagai tokoh pemersatu ( solidarity maker).

Seorang  solidarity maker yang kuat yang bisa mempersatukan dan menjadi tempat bernaung umat adalah pemimpin atau tokoh yang memikili kharisma, karakter  dan leadership yang kuat pula.

Ke depan, seorang pemimpin, terutama pemimpin pemerintahan, haruslah bisa menjadi solidarity maker ini. Harus disudahi era di mana munculnya atau lahirnya seorang pemimpin justru menjadi embrio perpecahan umat.  Kelak, lahirnya seorang pemimpin, haruslah menjadi pemersatu umat.

Dan yang penting, sebagaimana dikemukakan Rois Syuriah PWNU Kalteng, KH Anwar Isa Lc, pemimpin  yang dicita-citakan hendaknya memiliki etikad Ahlus Sunnah Waljamaah.

Ke depan, di era modern, apalagi di era Masyarakat ekonomi Asia (MEA), maka etikad Ahlus Sunnah Waljamaah, kharisma dan leadership tadi harus dilengkapi persyaratan lainnya. Yaitu kapabilitas, integritas dan profesionalitas.

Haji Abdul Rasyid telah memberi isyarat. Pemimpin baru Kalimantan Tengah bukan hanya mempersatukan ummat. Tetapi pemimpin itu memiliki kewajiban menyejahterakan umat. Pasangan Sugianto Sabran-Habib Ismail  adalah  personifikasi dari solidarity maker, yang sanggup memberikan perlindungan, persatuan dan kesejahteraan umat.

Berita Terbaru