Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pasien Keluarga Miskin Terbelit Biaya Rumah Sakit

  • 18 April 2016 - 19:51 WIB

UNTUNG tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa itulah yang saat ini dialami oleh pasangan Utuh Hadiliansyah (43) dan Fauziah (38), warga Jalan Mahang Desa Persil Raya Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan.

Kedua orang tua itu tampak termenung sedih melihat kondisi anaknya Muhammad Adrianur (12) yang masih tergolek lemah di ruang Instalasi ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kuala Pembuang. Adrianur terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit itu, usai tersengat jaringan listrik PLN dan kemudian jatuh dari tiang listrik milik PLN Kuala Pembuang setinggi tujuh meter.

'Sudah dua hari ini anak saya belum juga sadarkan diri di ruang ICU ini. Kami sangat khawatir melihat kondisinya sekarang,' kata Fauziah saat ditemui di RSUD Kuala Pembuang, Senin (18/4/2016).

Fauziah yang biasa disapa Giah itu menceritakan, perihal kejadian yang dialami anaknya yang masih bersekolah kelas V SD tersebut.

Kejadian bermula saat Adrianur tengah bermain layangan disekitar rumahnya. Namun tiba-tiba layangan yang diterbangkan, nyangkut di kabel yang tersambung pada tiang listrik. 

Tanpa sepengetahuan orang tuanya, Adrianur lantas memanjat tiang listrik setinggi kurang lebih tujuh meter untuk mengambil layangannya yang tersangkut. Saat berada diatas tiang, entah apa yang menyebabkan anaknya tiba-tiba tersetrum jaringan listrik dan akhirnya jatuh hingga beberapa saat kemudian akhirnya pingsan.

'Sekarang menurut pihak dokter yang menangani, anak saya mengalami pendarahan pada bagian syaraf dan otak. Hingga oleh pihak rumah sakit dianjurkan harus segera dirujuk ke RS Murdjani Sampit untuk penanganan lebih lanjut,' ucapnya terbata-bata.

 Fauziah tampak sedih, ketika mengingat soal biaya pengobatan anaknya di RSUD Kuala Pembuang itu. Karena ketiadaan faktor ekonomi keluarga membuatnya semakin sedih dan bingung mengingat bagaimana caranya nanti dia bisa membayar seluruh biaya pengobatan di rumah sakit itu. 'Jangankan untuk merujuk anak saya ke Sampit, untuk biaya rumah sakit ini saja tidak punya. Saya bingung harus mencari kemana,' ungkap Fauziah yang hanya bekerja sebagai pejual sayur keliling.

Saat ditanyai soal BPJS, sang suami Hadiliansyah mengaku tidak mengantongi BPJS termasuk istri dan anaknya. Sehingga tidak ada yang bisa digunakan sebagai jaminan pembiayaan selama di rumah sakit. 'Kami tidak punya BPJS. Dulu mau membuat tapi tidak memiliki uang, terlebih iurannya dibayarkan tiap bulan. Bekerja hari-hari jual sayur hanya bisa untuk kebutuhan makan keluarga.

Soalnya suami saya sudah lama tidak bekerja, karena sebelumnya pernah mengalami sakit stroke dan kelumpuhan,' sahut Fauziah, sang isteri.

Ia melanjutkan sejak dirujuk pada Sabtu (16/4/2016) lalu dan dirawat selama dua hari di RSUD Kuala Pembuang, ia mengaku sudah tidak mempunyai uang lagi. 'Jangankan untuk keperluan menebus obat lanjutan, buat bayar biaya rumah sakit ini kami kesulitan.

Beruntung ada beberapa orang yang mau membantu untuk biaya penebusan obat dari pihak rumah sakit,' terangnya.

Sekarang orang tua Adrianur hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya yang tak kunjung sadar. Begitu juga soal pembayaran biaya rumah sakit. Mereka berharap bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah untuk kesembuhan anaknya.

 (PN/B-8) 

Berita Terbaru