Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Harga Rotan Katingan Sulit untuk Kembali Normal

  • Oleh Abdul Gofur
  • 19 Agustus 2016 - 16:51 WIB

BORNEONEWS, Kasongan - Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan UMKM Kabupaten Katingan, Saptul Anwar menilai harga rotan sulit kembali normal seperti pada lima tahun lalu. Produksi rotan mentah di wilayah yang dipimpin Bupati Katingan Ahmad Yantenglie itu, rata-rata 800 ton per bulan.

"Kalau memang pemerintah pusat masih memberlakukan larangan ekspor rotan ini, saya menilai harga rotan asalan atau rotan mentah akan sulit kembali normal," ujar Saptul Anwar kepada Borneonews sebelum menghadiri rapat di kantor DPRD Katingan, di Kasongan, Jumat (19/8/2016).

Saptul Anwar mengatakan sejauh ini produksi rotan mentah adal daerahnya per bulan rata-rata mencapai 800 ton. Namun yang bisa dipasarkan rata-rata dalam per bulan hanya sekitar 200 ton. "Ini karena permintaan rotan mentah terutama untuk industri di Cirebon sangat terbatas, sehingga menyebabkan rotan di wilayah kita dihargai sangat murah karena permintaan yang sedikit itu," katanya.

Kabupaten Katingan ini, kata Saptul Anwar sebenarnya penghasil terbesar rotan di seluruh Indonesia. Pasalnya, lebih dari separo penduduknya memiliki atau membudidayakan tanaman menjalar dan berduri ini. Setidaknya ada enam kecamatan yang merupakan sentra tanaman rotan di Katingan. Yaitu Kamipang, Tasik Payawan, Katingan Hilir, Tewang Sanggalang Garing, Pulau Malan dan Katingan Tengah.

Adanya larangan ekspor rotan mentah ini, katanya jelas sangat berpengaruh terhadap harga penjualan rotan. Sebab sejumlah indsutri yang mengelola rotan dalam negeri tidak mampu menampung terhadap produksi rotan, khususnya dari Katingan. 

Dengan ditutupnya keran ekspor mentah ini, sebenarnya pemerintah pusat mempunyai tujuan agar industri atau kerajinan rotan di Indonesia dapat bersaing dengan negara luar.

Namun jika kran ekspor rotan mentah itu dibuka otomatis kerajinan rotan di Indonesia terancam gulung tikar karena saingan dari perajin luar negeri yang bisa mengimpor kerajinan rotan ke Indonesia, padahal bahan baku yang ada berasal dari Indonesia.

Mudahan-mudahan, harapnya ada upaya pemeritah pusat untuk meningkatkan harga rotan asalan/mentah ini ke depannya. 

"Dan sejauh ini upaya kita mencoba memasarkan rotan setengah jadi maupun mentah ke PT Perusaan Perdagangan Indonesia milik BUMN dari Kementerian Perdagangan. Kita sudah coba kirim baik setengah jadi maupun asalan sebagai contoh, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya," katanya. (ABDUL GOFUR/N).

Berita Terbaru