BORNEONEWS, Pangkalan Bun ' Lapas kelas llB Pangkalan Bun sudah sejak lama kelebihan kapasitas. Para napi terpaksa tidur berdesakan. Bahkan, beberapa napi terpaksa tidur di toilet. "Kapasitas untuk 226 orang, saat ini diisi hampir 600 orang," kata Kepala Lapas Kelas IIB Pangkalan Bun, Arief Gunawan.

Padahal lapas ini menjadi rujukan dari beberapa kabupaten seperti Lamadau dan Sukamara. "Bahkan, karena over kapasitas itu, sampai ada penghuni lapas yang tidur di toilet," ujar dia.

Selain over kapasitas, beberapa kendala juga dihadapi lapas ini di antaranya tidak memiliki genset. "Genset pengadaan pada tahun 2003 sudah rusak. Jadi ketika listrik padam, lapas gelap gulita tanpa ada penerangan," ungkapnya.

Selain itu, lapas tidak punya mobil operasional. Pihaknya sudah mengajukan ke pemerintah daerah, namun tidak digubris sampai sekarang. Padahal mobil tersebut untuk kebutuhan narapidana.

"Operasional mobil untuk mengantar penghuni lapas yang sakit. Mobil milik lapas sudah tidak bisa difungsikan, karena sudah tua sejak 1997. Jadi untuk sementara kita pakai mobil pegawai ," terangnya.

Kemudian, saat ini lapas hanya memiliki daya listrik 10 ribu watt, padahal jika dihitung dengan kebutuhan harusnya 25 ribu watt. "Menurut pengamatan PLN harus 25 ribu watt. Jadi ruang kalapas dan TU saja yang pakai AC, yang lainnya tidak pakai," jelasnya.

Lapas juga membutuhkan CCTV, namun saat ini tidak ada satupun CCTV di lapas. Padahal dengan adanya CCTV, tiap kegiatan di lapas dapat terpantau dengan mudah. "CCTV dulu ada, tapi sudah terbakar kena petir. Itu pun bukan dari kantor, tapi pengadaan sendiri," imbuhnya.

Terakhir, lapas kekurangan pegawai penjagaan. Saat ini hanya ada empat regu, yang tiap satu regu ada empat orang saja, jadi jumlah pegawai penjagaan di lapas hanya 16 orang. Harusnya ada 40 pegawai penjagaan, karena dalam satu regu standarnya ada 10 pegawai. "Harusnya lapas ini punya empat regu dengan jumlah pegawai penjaganya 40." (CECEP HERDI/B-2)