BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Industri kelapa sawit Indonesia dan Malaysia bakal kian tertekan menyusul usulan kebijakan baru yang lebih tegas atas produk sawit.

Dalam keterangan persnya baru-baru ini, Parlemen Eropa menegaskan bahwa resolusi soal sawit juga mendesak Komisi Eropa untuk mempertimbangkan penerapan skema kebijakan berbeda terhadap produk sawit sebelum sertifikat tunggal efektif diterapkan.

Carl Bek-Nielsen, vice-chairman dan chief executive director di United Plantations Bhd., mengatakan pernyataan Parlemen Eropa itu akan membuat banyak petani sawit khawatir.

"Pasalnya, jika usulan itu disetujui Komisi Eropa, bukan hanya akan menolak produk sawit yang tidak bersertifikat tunggal masuk ke Uni Eropa, melainkan juga akan mematok bea masuk tinggi terhadap produk sawit," ucap Bek-Nielsen seperti dilansir The Edge Markets.

Namun, katanya, masalah sesungguhnya dari resolusi Uni Eropa itu adalah akan memberikan kewenangan kepada Uni Eropa untuk menerapkan standar sawit berkelanjutan terhadap produsen secara unilateral.

Para anggota Parlemen Eropa berpendapat bahwa sertifikasi berkelanjutan yang beragam akan membuat konsumen bingung. Sementara jika bersertifikat tunggal akan memberikan kepastian bahwa produk sawit yang dipasarkan aman dari berbagai aspek. (NEDELYA RAMADHANI/m)