Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Indonesia Siap Manfaatkan Program Biodiesel Tiongkok

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 12 Juni 2017 - 17:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pelaku industri biodiesel mengapresiasi kebijakan pemerintah Tiongkok yang menerapkan program biodiesel campuran 5% dengan solar atau B5.

"Penggunaan biodiesel di Tiongkok menjadi pasar potensial untuk meningkatkan ekspor produk sawit Indonesia, terutama biodiesel. Dan pemakaian B5 di Tiongkok akan menciptakan kebutuhan minyak sawit (CPO) sebesar 9 juta ton. Kalau Tiongkok sudah terapkan B5, tidak peduli lagi kita ekspor dengan Eropa dan Amerika Serikat," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), MP Tumanggor, di Jakarta, Senin (12/6/2017).

Angka permintaan 9 juta ton ini berasal dari perhitungan kebutuhan bahan bakar solar Tiongkok sebesar 180 juta Kl. Apabila dikalikan 5% sama dengan 9 juta Kl atau setara 9 juta ton. Tahun lalu, ekspor produk sawit Indonesia ke Tiongkok mencapai 3,8 juta ton.

Sedangkan Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, mengatakan delegasi Indonesia akan berkunjung ke Tiongkok sebagai tindak lanjut pembicaraan Presiden Joko Widodo dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping.

"Delegasi diperkirakan berangkat tanggal 16 Juni yang dipimpin Menko Maritim Luhut Panjaitan," ujarnya.

Sebelumnya dalam pertemuan Belt and Road Forum for International Cooperation di Beijing, Tiongkok, pada pertengahan Mei 2017. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia menyambut baik program mandatori biodiesel 5% yang dikembangkan Tiongkok. Program ini akan membutuhkan pasokan minyak kelapa sawit yang akan meningkat sepanjang tahun.

"Indonesia siap memasok kebutuhan crude palm oil (CPO) ke Tiongkok lebih banyak," kata Jokowi.

Tingginya permintaan CPO maupun biodiesel dari Tiongkok dapat menutupi lesunya penjualan ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. Semenjak tahun lalu, ekspor biodiesel ke Amerika Serikat tidak lagi kompetitif karena pemberlakuan tarif bea masuk. Apalagi pasca keluarnya Amerika Serikat dari kesepakatan COP21, ini berarti pemerintahan Donald Trump tidak punya kewajiban mencampur biodiesel.

"Ekspor biodiesel terus menurun ke USA dan Eropa. Penyebabnya sama-sama ada bea masuk tambahan," ujar Sahat. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru