Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Teror Pemangsa di Kala Perbaikan Jembatan Desa

  • Oleh Andri Rizky Agustian
  • 17 Oktober 2020 - 02:30 WIB

BORNEONEWS, Sampit – Sinar matahari siang itu terasa menusuk kulit. Tapi, sengatannya tak mampu menguapkan semangat personel Satgas TMMD bersama warga yang bahu-membahu memerbaiki Jembatan Sei Babirah di Desa Babirah, Kecamatan Pulau Hanaut, Kamis, 16 Oktober 2020. Teriakan untuk menyemangati saling bersahutan dengan peralatan bertukang. Dengan harapan, perbaikan jembatan sasaran TMMD 109 Kodim 1015/Sampit itu selesai tepat waktu.

Penuh perjuangan dan harus menantang maut menjadi gambaran perbaikan jembatan yang sudah bertahun-tahun dinantikan masyarakat desa terisolasi itu. Tantangan maut berupa teror buaya pemangsa, karena perbaikan jembatan itu dikelilingi habitat satwa dilindungi itu.

Mudahan ja buaya kada merasa tehaur inya wayah perbaikan jembatan ni. Biasanya amun rami-rami kada wani beparak jua. (Semoga saja tidak merasa terganggu karena adanya perbaikan jembatan. Biasanya, kalau banyak orang tidak berani mendekat),” kata Aji, salah seorang warga di sana.

Membangun jembatan di habitat buaya memang membuat personel Satgas TMMD bergidik ngeri. Buaya seakan mengintai sewaktu-waktu. Detak jantung pun berpacu lebih cepat, ketika personel harus bercebur ke dalam sungai untuk memasang pondasi jembatan. Harus ada 1 hingga 3 orang yang siaga berjaga jika ada buaya mendekat, untuk mengabari rekannya yang bekerja.

“Kalau dari penuturan warga, buaya lebih agresif di sore dan pagi hari. Tapi tetap saja membuat bulu kuduk berdiri saat harus bercebur ke sungai. Padahal mandi di sungai saja kami takut,” kata salah satu personel Satgas TMMD, Serda Suherman.

Apalagi sudah menjadi pemandangan sehari-hari jika buaya hilir mudik di anak Sungai Mentaya itu, lokasi pembangunan jembatan. Tak hanya itu, tak sedikit warga di sana pernah menjadi korban keganasan buaya. Ada yang selamat, namun nasib malang menimpa sebagian lainnya karena harus meregang nyawa.

Tapi, jargon Kemanunggalan TNI Bersama Rakyat yang sudah terpatri di dada menguatkan tekad untuk mendukung kelancaran mobilitas warga. Didukung dengan semangat masyarakat di sana untuk bersama-sama membangun.

“Harus waspada dan agak sedikit was-was. Karena perbaikan jembatan berada di lokasi yang memang terkenal sebagai habitatnya buaya. Tapi inilah perjuangan dan bentuk pengabdian kami untuk rakyat. Alhamdulillah perbaikan jembatan berjalan lancar tanpa gangguan buaya,” kata Serda Suherman.

Proses mobilisasi bahan bangunan untuk perbaikan jembatan di Kecamatan Pulau Hanaut. (foto : Dok Kodim 1015 Sampit)
Proses mobilisasi bahan bangunan untuk perbaikan jembatan di Kecamatan Pulau Hanaut. (foto : Dok Kodim 1015 Sampit)

Kewaspadaan terhadap serangan buaya memang satu dari sekian perjuangan pelaksanaan program TMMD di sana. Ada juga untuk mobilisasi bahan bangunan yang menguras waktu dan tenaga. Ditambah lagi jarak tempuh dari Sampit via darat sekitar 40 km dilanjutkan harus menyeberangi sungai. Belum lagi kalau air surut, sehingga proses pemindahan bahan bangunan lebih menguras tenaga.

Perkembangan desa-desa di Kecamatan Pulau Hanaut memang kalah cepat dibandingkan daerah lainnya. Bahkan dengan kecamatan di seberangnya saja yakni Mentaya Hilir Selatan, potret kesenjangan pembangunan terekam dengan jelas.

Perbaikan jembatan sepanjang 42 meter dengan lebar 3,8 meter tersebut kini hampir rampung. Hasil pembangunan itu sekejap membasahi dahaga bertahun-tahun lamanya warga di sana untuk merasakan jembatan yang layak.

"Semangat gotong-royong TNI bersama warga memberikan manfaat. Bertahun-tahun jembatan ini rusak dan tak tersentuh," kata tokoh pemuda di Kecamatan Pulau Hanaut, Fahraji.

Fahraji bersama kerabatnya kini bisa merasakan kokohnya jembatan. Mereka tak lagi takut terperosok ketika melintas di malam hari. Kini juga bisa berlama-lama menikmati aliran sungai dari atas jembatan. Jembatan penghubung antardesa itu turut menambah eratnya silaturahmi sesama warga yang terpisah garis anak Sungai Mentaya. Sepeda-sepeda anak kecil kini bisa melaju kencang melintasinya.

Dia juga yakin, kelancaran aktivitas warga mampu meningkatkan gejolak perekonomian di sana. Sebagian warga yang berprofesi sebagai petani tak lagi kesulitan untuk mengangkut hasil pertaniannya.

Total, ada 3 jembatan di Kecamatan Pulau Hanaut beserta 1 musholla yang menjadi sasaran program TMMD tahun ini. Selain Jembatan Sei Babirah, kemanunggalan TNI juga menyulap wajah kusam 2 jembatan lainnya, yakni Jembatan Handil Gayam dengan panjang 15,30 meter dan lebar 3,80 meter, serta Jembatan Handil Samsu dengan panjang 42 meter dan lebar 3,80 meter.

Asa lama juga terwujud di Desa Bapinang Hulu. Karena warga sudah bisa beribadah dengan nyaman dan tenang di Musala Al Hidayah. Rumah ibadah yang turut menjadi sasaran program TMMD tahun ini.

Dalam beberapa hari, warga harus mengikuti ritme kerja tentara. Mereka mengebut proses pengerjaan fisik musala yang dulu tak bisa digunakan saat hujan menerpa. Rembesan air di mana-mana kini sudah tak terlihat. Dinding yang lapuk sudah digantikan kayu papan nan kokoh. Muadzin pun lebih semangat saat memanggil umat Muslim agar segera menunaikan ibadah wajib 5 waktu.

“Kalau tidak ada bapak-bapak TNI ini mungkin tak kunjung diperbaiki. Karena kami di sini tidak mampu dari sisi biaya. Makanya, musala yang sudah direnovasi ini pasti akan kami jaga dan rawat,” kata M Dehen, warga Desa Bapinang Hulu.

Kegiatan ini tak hanya membantu warga mewujudkan asa, tapi juga kian mempererat keakraban. Personel Satgas TMMD memang menjalani hari-hari di sana hingga program dinyatakan ditutup. Pertemuan di malam hari sembari menunggu kantuk mendera terkadang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan edukatif, seperti penyuluhan singkat.

Di bawah komando Dandim 1015/Sampit Letkol Czi Akhmad Safari, para prajurit harus menanggalkan senjatanya yang digantikan dengan peralatan bertukang seperti palu, gergaji, linggis, dan sebagainya selama sebulan penuh.

Akhmad Safari mengatakan, selain perbaikan 3 jembatan dan renovasi musala, ada 1 sasaran tambahan yakni pembangunan pos terpadu. Dia pun mengharapkan, hasil dari program TMMD 109 yang dimulai pada 22 September hingga 21 Oktober 2020 itu bisa menambah semangat warga untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

“Semoga jerih payah personel kami ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat di Kecamatan Pulau Hanaut,” kata dia.

Ketakutan tak merasakan manfaat pembangunan di Kecamatan Pulau Hanaut kini sedikit demi sedikit mulai terkikis. Semangat warga untuk bangkit dari keterpurukan pun mulai bersinar. (ANDRI RIZKY AGUSTIAN/B-11)

Berita Terbaru