Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kaleidoskop 2020: Ledakan di Beirut dan Jatuhnya Kabinet Hassan Diab

  • Oleh Teras.id
  • 26 Desember 2020 - 10:45 WIB

TEMPO.COJakarta - Pada Selasa sore yang tenang, 4 Agustus 2020, dunia dikejutkan dengan ledakan di Beirut yang menghancurkan separuh lebih ibu kota Lebanon. Setengah Beirut hancur dan menewaskan 200 orang lebih, melukai 6.000 orang, serta mengakibatkan 300.000 orang kehilangan tempat tinggal, menurut laporan Reuters.

Ledakan itu berasal dari 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia untuk bahan baku pupuk dan peledak, yang disimpan tanpa prosedur keamanan yang memadai di gudang pelabuhan Beirut. Amonium nitrat adalah zat kimia yang mudah terbakar dan belum jelas bagaimana amonium nitrat itu bisa meledak.

Tetapi laporan CNN pada 6 Agustus menyebut ribuan ton amonium nitrat tiba di Lebanon pada 2013 ketika kapal Rusia MV Rhosus hendak menuju ke Mozambik dari pelabuhan di Batumi, Georgia.

Kapten kapal Boris Prokoshev menggunakan bendera Moldova singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar. Pemilik kapal mengatakan kepada kru kapal berkewarganegaraan Rusia dan Ukraina bahwa dia kehabisan uang, sehingga mereka perlu mengambil kargo tambahan untuk membiaya perjalanan mereka, yang akhirnya membawa kapal singgah di Beirut.

Pemilik kapal sebuah perusahaan bernama Teto Shipping. Pemilik perusahaan itu seorang Rusia bernama Igor Grechushkin yang tinggal di Siprus.

Setibanya di Beirut, otoritas pelabuhan menahan MV Rhosus karena pelanggaran berat dalam mengoperasikan kapal. Kapal ini tidak membayar biaya wajib yang ditagih oleh pelabuhan Beirut. Akhirnya, kapal beserta kargo 2.750 ton amonium nitrat disita di pelabuhan Beirut.

Asap mengepul ke langit di atas kota setelah ledakan bom mobil di dekat hotel St George, Beirut, Lebanon, 14 Februari 2005. Meski ledakan maut yang terjadi pada 4 Agustus 2020 bukan diakibatkan oleh bom, namun peristiwa tersebut mengingatkan dunia dan masyarakat akan rangkaian teror yang pernah terjdi di masa lalu. REUTERS/Alexander Jenniches

Bea Cukai Lebanon pada tahun 2017 membawa masalah amonium nitrat yang teronggok di dalam kapal Rusia itu ke pengadilan. Bea Cukai meminta izin agar amonium nitrat dipindahkan dari kapal MV Rhosus ke hangar Bea Cukai di pelabuhan Beirut. Bahkan, Bea Cukai menawarkan amonium nitrat itu dijual ke militer Lebanon.

Bea Cukai yang sudah melayangkan enam surat ke pengadilan tidak mendapat tanggapan apapun.

Sejak 2013 pemerintah Lebanon tahu ada ribuan material berbahaya tetapi tidak mengambil tindakan apapun.

Berita Terbaru