Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Hebat! Di Kelurahan Kereng Bangkirai, Tumbuhan Purun Diolah Jadi Sedotan

  • Oleh Parlin Tambunan
  • 03 Maret 2021 - 20:25 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Provinsi Kalteng, Ati Mulyati mengunjungi gudang produk sedotan dari bahan baku Purun di Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Palangka Raya, Rabu, 3 Maret 2021.

"Kami sangat bangga makanya langsung kunjungan ke sini, begitu mendengar ada produk dari bahan baku purun yang sudah diolah menjadi sedotan. Apalagi bahan yang telah jadi ini sudah pernah dikirim ke luar Kalimantan," ucap Ati Mulyati.

Dia mengakui, usaha sedotan yang terbuat dari bahan baku Purun ini baru pertama kali ada di Kota Palangka Raya.

Dinas Koperasi UMKM Kalteng kedepannya siap memfasilitasi untuk perkembangan serta kemajuan usaha tersebut, dengan melakukan koordinasi kepada pihak terkait.

Dia mengatakan, produk sedotan berbahan baku Purun ini merupakan ramah lingkungan serta dapat memberdayakan hasil hutan untuk kesejahteraan masyarakat pelaku usaha.

Dia juga berharap pemko dapat merespon dan sekaligus mengimbau semua pihak seperti perhotelan dan restoran untuk bisa menggunakan sedotan dari bahan baku Purun, produk lokal dari Kelurahan Kereng Bangkirai Kota setempat.

Sementara Lurah Kereng Bangkirai sekaligus sebagai pembina kelompok tani hutan ini menyampaikan terimakasih atas kunjungan Kadis Koperasi UMKM Kalteng ke gudang produk sedotan dari bahan baku Purun.

"Semoga dengan adanya kunjungan ini, UMKM Kelurahan Kereng Bangkirai kedepannnya bisa lebih berkembang lagi," harapnya Fitriyaturrahman.

Sementara itu, Pembina pelaku usaha Potan Hutan Kereng Bangkirai, Rahman mengatakan, usaha pembuatan sedotan dari bahan baku Purun ini selain untuk bisnis juga melakukan pemberdayaan masyarakat.

Selain itu kata Rahman, usaha sedotan tersebut juga dapat membantu program pemerintah dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Karena bahan bakunya diambil langsung masyarakat di lapangan, otomatis masyarakat ikut menjaga agar lahannya tidak terbakar," pungkasnya. (PARLIN TAMBUNAN/B-11)

Berita Terbaru