Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sering Mati Listrik, Penerbangan di Sampit tak Dijamin Aman

  • 20 Maret 2016 - 23:11 WIB

Pemadaman listrik oleh PT PLN yang hampir setiap hari terjadi, mengancam pula keselamatan penerbangan di Bandar Udara (Bandara) Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Sebab, alat pemantau cuaca yang dijadikan patokan maskapai, sering ikut mati.

Pantauan cuaca itu sangat penting untuk penerbangan. Kondisinya selalu dilaporkan kepada otoritas bandara menjelang kedatangan pesawat.

'Sekarang kami tidak berani menjamin keselamatan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit akan aman sepenuhnya. Sebab, peralatan pemantau cuaca tidak dapat berfungsi dengan maksimal, bahkan sering mati akibat listrik sering mati,' kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni, Minggu (20/3/2016).

Pihaknya pernah melayang'kan surat ke PT PLN Ra-yon Sampit dan menemui manajernya. ''Kami minta PLN tidak memadamkan listrik ke BMKG khusus satu jalur itu saja, karena di sini alat vital pemantau cuaca yang jadi acuan maskapai dan bandara,' kata Yulida. 

Permintaan itu pernah dikabulkan PLN. ''Tapi, sekarang menjadi tidak mau lagi,' kata Yulida.

BMKG sendiri memiliki tiga genset berkapasitas masing-masing 5.500 Watt. Namun, dengan kebutuhan listrik yang mencapai 16.000 KWH, daya genset tersebut tidka memadai.

Ajakan demo PLN

Yulida sudah menyiapkan surat untuk melaporkan masalah tersebut ke Bupati Kotim, sebab merupakan kepentingan orang banyak dan keselamatan penerbangan. ''Karena, jika alat kami mati, maka pengamatan cuaca dilakukan secara manual dan itu tidak akurat, sehingga dikhawatirkan akan pengaruhi keselamatan penerbangan,' katanya.

Sementara Ketua Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Kotim, Audy Valent, menantang masyarakat Kotim untuk menggelar unjuk rasa terhadap PLN yang dinilai sudah sangat keterlaluan dalam pemadaman listrik. ''Ini bukan masalah perorang-an, tapi kepentingan bersama. Kita jangan lagi berteriak melalui SMS, facebook, dan nulis status di Blackberry,' ujarnya. (FI/B-1)

Berita Terbaru